more fantasy about k-pop

Title: Because I Really Love You – part 21

Author: Choi Ahra

Genre: Romance
Rating: PG
Cast: [main] SHINee’s Choi Minho [other] SJ’s Lee Donghae, slight another member of SHINee and SJ.
Word Count: 2316
Disclaimer: i own this plot and minho

Summary: a girl who had a crush with Choi Minho – and yet she was being a temporal manager of SHINee.
Warning: Maybe it’ll turn to be not what you want.
A/N: suprisingly, im being fast.

the real han jihwa was pushing me badly so i could end this chap sooner o.0 which means probably will be ended around 4chaps more, plus an extra story, maybe?

that’s the plan. idk if i change it suddenly.

Gosh im tired =.= enjoy and i appreciate some comments, perhaps? :3


———————————————————————————————————

Jonghyun mengerutkan dahi saat melihat Choi Minho, terpaku di atas sofa. Tangan menelungkup di kedua pahanya dan dia seperti sedang berpikir sesuatu. Matanya yang besar menjadi sipit beberapa senti sementara kakinya agak ditekuk sedikit.

Jonghyun menyeret bangku dan duduk, memerhatikan Minho yang masih saja tenggelam dalam pikirannya.

Anak ini bahkan tidak menyadari aku ada. Ya ampun, pikir Jonghyun. Dia menahan dagu dengan tangannya, menatap Minho.

Kemudian lelaki bertubuh jangkung itu berdiri dan.. berjalan pergi, meninggalkan Jonghyun yang melongo.

“ recording dream team..”

HAH?!

Apa-apaan dia? Minho kenapa, sih?

Han Jihwa mengepalkan tangannya usai mendengar cerita Donghae, yang sekarang duduk di hadapannya.

Satu jam yang lalu usai kuliah, Donghae mengirimkannya email yang berisikan ‘Tolong-datang-ke-SM-secepatnya’, membuat Jihwa buru-buru kemari, mengira KALAU ada keadaan darurat.

Tapi apa?

Dicurhati soal Hyeojin?

Dan halo?

“ Secara tidak langsung aku mengajak Hyeojin berpacaran.”

Jihwa tahu dunianya seperti berhenti beberapa detik sampai akhirnya imajinasi itu buyar usai ia mengedipkan matanya.

“ Eh? Apa? Memang apa yang Oppa katakan?”

Donghae memainkan jemarinya. “ Mm, yah. Aku hanya .. mengatakan kalau aku patah hati karena orang yang kusuka dan dia juga sehingga mungkin kita bisa benar-benar menjalin hubungan berdasarkan kesamaan nasib?”

Jihwa menyandarkan tubuhnya di tembok, melihat Donghae tidak nyaman. “ Tapi kurasa kau sudah menyukainya sejak lama kan? Memang kau patah hati karena siapa?”

Pipi Donghae memerah. “ Mm. Hyeojin kan hanya melihat Minho terus-terusan.”

“ Dengan kata lain kau hanya ngomong doang, begitu?”

“ Yah, mungkin?”

Jihwa mendesah panjang. “ Tapi kenyataannya kan berbeda.”

“ Begitulah. Makanya aku memanggilmu, aku merasa tidak nyaman kalau kusimpan sendiri.”

“ Dan kenapa harus aku?” tanya Jihwa melipat tangannya, bingung. Donghae tersenyum kekanak-kanakkan. “ Karena Jihwa tidak pernah men­-judge apa yang kulakukan. Entah mengapa saat aku berpikir pada siapa aku harus bercerita, aku mengingatmu.”

Jihwa tidak bisa menahan senyumnya.

Donghae memanyunkan bibirnya, entah apa maksudnya. “ Bagaimana aku dengan Hyeojin sekarang, yaa..”

Senyum Jihwa seketika hilang.

Jihwa tahu, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain mendengarkan sekarang. Hatinya terasa nyeri setiap Donghae menyebut nama Hyeojin dengan mata bersinar-sinar.

Berpikir kalau.. Jihwa sudah siap menerima risikonya.

Donghae menjadi panik. “ Eh ya ya. Aku juga.. gimana kabarnya nanti?”

Jihwa menarik napas panjang.

Apa boleh buat.

“ .. kalau kau butuh curhat,” gumam Jihwa pelan, “ kau cari saja aku.”

Kim Hyeojin menekuk kakinya dan memeluk erat-erat sambil bengong di depan teras rumah.

Sudah tiga hari berlalu sejak dia usai menyelesaikan tugasnya sebagai manajer sementara SHINee. Gajinya pun sudah dia terima dan sekarang dia simpan.

Lalu kini, hari-harinya terasa kosong.

Hyeojin ingat bagaimana dirinya sekitar jam ini, sibuk mengawasi anak-anak SHINee ataupun menemani mereka latihan.

Atau mungkin malah, sekarang seharusnya Hyeojin menemani Minho recording Dream Team.

Dan kalau teringat Choi Minho, rasanya Hyeojin sanggup menggulingkan dirinya sendiri. Hyeojin merapatkan matanya.

Suae.. ya..

*pip pip*

Hyeojin terlonjak saat seseorang – lebih tepatnya Lee Donghae – menelponnya. Ponselnya bergetar, berisyarat agar Hyeojin buru-buru mengangkat panggilan.

“ Halo?”

“ Hyeojin-ah? Kau sedang apa?”

Hyeojin membenarkan letak duduknya. “ Hmm? Aku? Sedang duduk-duduk saja, bosan. Kenapa?”

“ Ah. Tidak,” kata Donghae dengan tawa kecil, “ aku kangen. Itu saja. Pengen mendengar celotehanmu.”

“ Err. Kita baru ketemu tiga hari yang lalu, kan? Dan kenapa juga kau tiba-tiba bilang kangen padaku?”

“ Hehe. Karena.. kau mengerti kan, aku benar-benar mencoba menyukaimu.”

Hyeojin mendengus pelan. Dia teringat lagi bagaimana Donghae mengatakan hal itu dengan gamblangnya.

“ Sudahlah. Aku tidak ingin membicarakannya.”

“ Tapi memang kok. Aku kangen.”

“ Diam ah.”

Di seberang sana Donghae benar-benar tertawa pelan. Hyeojin hanya bisa menyeringai mendengarnya.

Bagaimanapun, Donghae sudah seperti kakaknya.

Hyeojin memejamkan mata.

Apa jadinya ya .. kalau aku bersamanya?

“ Hyeojin-ah.”

“ Hmm?”

“ Aku harus recording dulu,” bisik Donghae, sepertinya sedang berusaha menjaga suara, “ di sekitarku banyak wartawan. Tampaknya mereka masih ingin mengincar berita tentang kita.”

Hyeojin mengangguk tanpa sadar, walaupun sebenarnya percakapan di ponsel tidak membantunya agar Donghae bisa melihat anggukannya.

“ Baiklah.”

“ Sampai nanti, Hyeojin-ah.”

Percakapan pun diputus. Hyeojin meletakkan ponselnya di atas meja kecil yang tidak jauh dari tempatnya dia duduk. Hyeojin kemudian bersandar lagi di jendela teras.

Sunyi, ya.

Tidak berapa lama kemudian, ponselnya berbunyi lagi. Hyeojin mendesis dan menyambarnya kasar, mengangkat telepon tanpa melihat siapa pemanggil.

“ Donghae oppa! Kau – “

“ Hyeojin-ah? Ini bukan Donghae hyung,” suara itu kebingungan, “ ini aku, Jinki.”

“ Oh.” Ya ampun. Malunya. “ Ada apa, Jinki Oppa?”

“Mm.. begini..”

Suara Jinki awal-awal terdengar gelisah bercampur khawatir. Hyeojin mendengarkan dengan sabar dan seksama, sampai akhirnya dia tercekat.

Ya Tuhan.

“ Dia ada di Rumah Sakit X, .. Halo? Hyeojin-ah?”

Hyeojin sendiri, sedang berlari ke kamarnya dan menyambar jaket serta dompet, apapun yang dia lihat, termasuk wignya. Panik, Hyeojin menyetop taksi dan mengatakan tempat yang dia tuju.

Di sepanjang perjalanan, dia merasa tidak tenang. Hyeojin berkali-kali melempar pandangannya keluar, berkomat-kamit tidak jelas.

Jangan katakan padaku, kalau..

“ Sudah sampai.”

Tanpa berkata apapun, Hyeojin langsung membayar uang taksi dan melesat, berlari di dalam rumah sakit, mencari ruangan 564.

Hyeojin menggigit bibir.

Tidak mungkin, kan.

Tidak mungkin begitu.

“ Permisi! 564 di lantai berapa, ya?”

“ Ah, di lantai 5. Naik saja lift di seberang kiri dekat toilet.”

“ Terima kasih!”

Pasti mimpi.

Jangan.

Tunggu dulu.

Hyeojin mempercepat langkah kakinya usai lift memberhentikannya di lantai lima. Mata Hyeojin mencar-cari ruangan 564 dan merutuki kenapa rumah sakit ini memiliki gedung yang SANGAT luas.

Itu dia!

Hyeojin meraih ganggang pintu dan membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

“ MINHO!”

Hyeojin berdiri dengan napas terengah-engah. Empat pasang mata di dalam, melihatnya kaget.

Hanya ada manajer dan Onew.

Onew membalikkan badannya. “ Hyeojin-ah..”

Hyeojin memegangi dadanya, berusaha mengatur napas. Demi Tuhan dia bersumpah, paru-parunya mungkin bocor sekarang.

Saat dia merasa sudah bisa bernapas lebih baik, Hyeojin melangkah pelan menuju tempat tidur rumah sakit.

Hyeojin terdiam, tidak tahu harus berkata apa-apa saat melihat seseorang yang terbaring diam, tertidur. Kaki Hyeojin rasanya mati rasa. Badan Hyeojin rasanya lemas.

“ Minho..” bisiknya pelan, “ bagaimana keadaannya?”

“ akibat dream team, emm, dua jam yang lalu, kakinya cedera dan .. membuat dia harus istirahat,” jelas Jinki, terdengar jelas kecemasan di suaranya, “ dia baru bisa berjalan sekitar.. tiga hari lagi?”

Hyeojin mengepalkan tangannya. Dia tahu dia gemetaran sekarang. Persetan dengan penampilan, pasti wig sialan ini miring kemana-mana akibat berlari.

“ Ugh,” Hyeojin menunduk, “ apakah dia baik-baik saja? Kalau ya, aku akan pulang dan.. aku tidak enak jika aku mengganggu disini dan –“ yang bisa Hyeojin pikirkan hanya Suae.

“ Tidak apa-apa,” potong Onew, “ hanya ada kau, aku, dan manajer hyung. Aku belum memberi tahu pada siapapun kecuali staff SM dan member-member lainnya. Nanti Taemin, Key, dan Jonghyun akan kemari sejam lagi.”

“ Oh, jadi sebaiknya aku – “

“ kau disini,” potong Onew, lagi. “ aku dan manajer hyung akan ke kafetaria sebentar. Kau temani Minho, sekaligus istirahat. Kau habis berlari kemari kan?”

“ mm, sebenarnya naik taksi, lalu lari-larian di rumah sakit.”

“ intinya, temani saja,” kata Onew yang entah kenapa kini terdengar ngotot, “ kami pergi dulu ya. Kami lapar. Aku ingin ayam goreng. Kami akan kembali secepat mungkin.

“ …”

Sejurus kemudian, Onew dan manajer telah menghilang di balik pintu kamar, meninggalkan Hyeojin yang melongo sendirian seperti orang tolol.

Tidak punya pilihan lain, Hyeojin menyeret bangkunya ke dekat Minho, dan duduk bersandar. Hyeojin melipat tangan sambil menggerutu.

Semoga saja Minho tidak akan bangun sampai dia pulang, batin Hyeojin.

Dan kenapa pula Onew memaksanya untuk stay di sini.

Hyeojin menenggelamkan dirinya di atas kursi, merasa tidak nyaman.

Pada akhirnya, ia malah memperhatikan wajah Minho yang sedang tertidur.

Tanpa sadar, Hyeojin tersenyum. Dia membenarkan rambut Minho yang acak-acakan, kemudian menarik tangannya dan menjatuhkan kepalanya di samping Minho, memerhatikan jendela yang terletak di seberang tempat tidur rumah sakit.

Sunyi dan sejuk, AC yang dinyalakan berada dalam suhu tepat.

Hyeojin memejamkan mata.

Dia merasa lelah.

Onew mendesah panjang usai keluar dari kamar. Manajer, melihatnya ragu.

“ Kau yakin dengan memberitahukan keadaan Minho pada Hyeojin?” tanyanya, “ maksudku, Minho bilang kan supaya kau TIDAK memberitahukannya.”

“ Justru itu,” Onew memasukkan tangannya di saku celana, “ aku ingin memastikan sesuatu.”

“ Apa?” Manajer mengangkat alis, “ dan ohya, memang Donghae berpacaran dengan Hyeojin.”

“ Tidak tahu,” jawab Onew, mengangkat wajahnya, “ maka dari itu, aku memastikannya. Dan kalaupun ya, kenapa Hyeojin tergesa-gesa gitu, hanya demi melihat keadaan Minho?”

Minho membuka matanya pelan-pelan. Sinar matahari yang silau membuat matanya agak menyipit. Seraya menahan sakit, Minho kemudian berusaha duduk di atas kasur, namun berakhir dengan tetap berbaring. Kepalanya terasa pening.

“ Ugh..”

Minho memejamkan mata lagi, berusaha mengingat-ingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Minho, saat itu, masih dalam keadaan bengong, sangat mengkhawatirkan. Danny Ahn melihat Minho dengan pandangan ya-ampun-anak-ini-kesambet-apa.

Akhirnya Danny Ahn mencolek bahu Minho, dan lelaki bertubuh jangkung itu pun mengedipkan matanya, kaget.

“ Kau hidup.” Danny mengangguk-angguk sementara Minho mengerutkan dahinya. “ Apa maksudmu, Hyung?”

“ Yah beginilah kalau sejak kau tiba di sini, kau tidak fokus dan pandanganmu kemana-mana.”

“ Egh,” Minho berdiri, “ memangnya Hyung pikir aku kenapa?”

“ Bengong seperti orang jatuh cinta?”

Ugh.

Yang benar saja.

Minho berlalu, tidak mengatakan apa-apa, dan mencoba melupakan semua pikiran tentang perasaan, memutuskan untuk mencoba slide water, adalah game terbaru di Dream Team, dan Minho berdiri di atas game itu.

Minho menundukkan kepalanya dan mulai bersiap-siap.

Pikirannya kosong.

Minho, kemudian, menjatuhkan dirinya dan meluncur.

.. dan bayangan Hyeojin pun selintas, terbersit di benaknya. Minho menggeleng-gelengkan kepala dan berusaha mengenyahkan pikiran itu, sampai kemudian..

Hal itu terjadi.

“ MINHO! MINHO! KAU TIDAK APA-APA?! MINHO!”

Minho meringis kesakitan. Pandangannya terasa kabur. Kaki kanannya, perih dan sakit luar biasa.

Hal yang Minho tahu, selanjutnya adalah, dia diboyong ke rumah sakit. Manajer menelpon Jinki tergesa-gesa dan saat tiba di depan pintu gerbang rumah sakit, Onew sudah berdiri. Dia menghampiri Minho dengan segala kepanikan yang tertulis jelas di wajahnya.

“ Kau tidak apa-apa?” bisik Onew. Dia mengikuti Minho yang dilarikan di UGD. Minho mengangguk lemah. “ Mm. Kurasa begitu?”

“ Bodoh.”

Butuh sekitar sejam sampai akhirnya, Minho dipindahkan dari ruang UGD ke kamar rumah sakit khusus. Minho merebahkan dirinya dan meringis.

Onew melihat Minho dengan prihatin. “ Oke. Kenapa bisa?”

“ Intinya aku .. dan game Dream Team – aku tergelincir. Mungkin.”

“ dan kenapa ‘mungkin’?”

“ karena saat aku mengedipkan mata, tahu-tahu begini jadinya.”

Onew tahu Minho bukanlah pribadi yang mau menceritakan segalanya secara terperinci. Maka dia memilih mengangkat bahu dan berkata, “ aku sudah mengabari member-member lainnya.”

“ lalu?”

“ mereka bilang salam tabok. Kau sendiri sudah mencederai dirimu dua kali.”

Minho tersenyum kecil. “ Tapi kumohon, jangan beri tahu siapapun dulu sampai nanti mereka tahu sendiri dari media.”

“ oh. Oke. Mulut fans lebih cepat dari situs portal manapun, kau tahu. Bagaimana dengan Suae?” canda Onew. Minho melihat hyungnya dengan tatapan kau-bercanda-kan-hyung.

“ Ahahaha, aku mengerti,” lalu tiba-tiba, suara Onew menjadi pelan, “ bagaimana dengan Hyeojin?”

Minho membeku, saat itu juga.

Setelah beberapa detik, dia, dengan berat hati, menggeleng. “ Tidak perlu.”

“ Mengapa?”

“ Aku tidak enak. Untuk apa aku memberitahunya? Yang ada aku tidak enak pada Donghae hyung.”

“ err. Memangnya mereka kenapa?”

“ kan mereka berpacaran.”

Mata Onew yang tadinya sipit, berubah 100% bulat. Minho mengangguk pelan.

Hatinya menjadi sakit dan kacau lagi.

Entah mengapa menurut Minho, dia merasa lebih nyeri dan ngilu ketimbang cedera di kakinya. Akhirnya Minho pun mendengus dan memiringkan tubuhnya.

“ Aku ingin tidur.”

Flashback selesai, ingatannya selesai, dan Minho mendesah.

Cedera, ya..

Minho hendak menyibakkan rambutnya namun tangannya menyenggol sesuatu.

Ralat. Minho merasa dia menyentuh kulit.

Dia menyenggol seseorang.

Minho menoleh ke sampingnya, dan terbelalak.

YA AMPUN.

APA YANG —

Minho menelan ludah. Dia, kini, benar-benar membuat dirinya dalam posisi duduk. Matanya tidak percaya terhadap SESEORANG yang dia lihat.

Kim Hyeojin tertidur di SEBELAHNYA.

KENAPA DIA DISINI??! AHH! JINKI HYUNG! KAU SANGATLAH JDFGJDSHGJDFHZSJHF.

Saat Minho sudah mulai sanggup mengendalikan kepanikannya, Minho menarik napas dalam-dalam dan meyibakkan poni wig Hyeojin, membuatnya bisa melihat wajah gadis itu.

Minho tertegun sejenak, kemudian tersenyum.

Sudah sekian lama sejak dia melihat wajah tidur Kim Hyeojin.

Dia terlihat damai dan begitu apa adanya.

Dan..

Jantungnya berdetak lebih cepat.. namun hangat.

Minho menarik tangannya dan menelusuri wajah Hyeojin dengan matanya.

Sejak kapan.. ya..

Beberapa menit itu, Minho terus-terusan memperhatikan wajah Hyeojin, dan sampai akhirnya, mata Kim Hyeojin serta tangannya, bergerak-gerak.

“ Mm..”

Hyeojin membuka mata pelan-pelan, mengangkat kepala dan.. hola.

Pandangan mereka bertemu.

Hyeojin terbelalak dan nyaris terpelanting. “ Min.. Minho Oppa!”

Minho juga tidak kalah kagetnya. “ KAU MENGEJUTKANKU!”

“ OH. MAAF.”

Hening.

Minho merasa suasana ini terasa sangat, sangat kaku dan aneh. Dia kemudian memberanikan matanya beradu dengan Hyeojin.

“ Hyeojin-ah..” ucap Minho dengan suara parau karena kaget, “ kau mengapa disini? Donghae Hyung mana?”

Menyebutkan nama Donghae membuat Minho menjadi kesal, entah kenapa.

Namun anehnya, tidak ada jawaban.

Malah, Hyeojin menunduk dalam-dalam, sembari meremas tangannya.

“ Hyeojin..ah?”

Kemudian, Minho merasa ada yang aneh.

Penampilan Hyeojin terlihat sangat awut-awutan dan kusut. Wajahnya terlihat lelah juga.

“ A.. Aku.. sendiri kemari..”

Apa?

“ Mm.. aku nampaknya.. harus pulang sekarang..” kata Hyeojin bergetar, “ dan.. Suae nanti mungkin akan datang, jadi .. aku sebaiknya pulang. Jinki Oppa akan kembali dari kafeteria juga bersama Manajer Oppa. Begitulah..”

Hyeojin kemari sendirian dan dalam keadaan acak-acakan seperti itu, hanya demi dirinya?

Minho menatap Hyeojin, nyaris tidak percaya.

“ emm.. yah.. aku.. pergi dulu dan.. sampai nanti, Minho Oppa..”

Tapi sesungguhnya, Minho ingin percaya.

Sekali ini saja.

Saat Hyeojin bangkit dan hendak pergi dari kamar, dia tersentak saat merasakan sebuah tangan yang besar menarik pergelangan tangannya. Dia menoleh, terkejut.

Minho menahan kepergiannya.

Kedua bola mata yang besar itu sedang menatap Hyeojin, lurus-lurus.

“ Hyeojin-ah.”

Minho .. mungkin terlalu percaya diri atau bagaimana, tetapi..

“ Tunggu dulu..”

Bagaimana kalau.. masih ada nama Minho, di dalam hati Hyeojin?

Meskipun hanya sedikit.

Tapi apa masih tersisa?

Apa namanya.. masih ada?

Mata Minho dan Hyeojin saling bertemu.

Minho pun memperkuat genggaman tangannya.

“ kau tahu tidak..”

‘Kau tidak sadar kah, kalau kau bergantung pada Hyeojin, sejak dulu?’

Jadi begitu ya, maksud Seunghee.

“ .. kalau sebenarnya, aku membutuhkanmu?”

Perasaan menyukai itu ternyata sudah ada, lama sekali.

Comments on: "Because I Really Love You – Part 21" (15)

  1. BRAVO! BRAVO!!! I love Minho’s way to say ‘i love you’ to hyeojin!!! yaaaaayyy!!!!

    dan bagian yang paling bikin gue sempet ketawa adalah, Minho bengong persis orang mati, kedua Minho ngomong: “KAU MENGEJUTKANKU”

    Mian, Mian kalau saya ‘agak’ memaksa penulis kesayangan kita ini menulis segini panjangnya.

    tapi say yakin Ahra menulis bagian ini dengan serius, berusah melupakan soal penyakit-ingatan-jangka-pendek-nya karena dia harus inget2 plot cerita yg dia bikin dikelas seni seminggu yang lalu. WOW.

    Chukhae buat kesembuhannya, ahra!

    pokoknya sebagai temen lo, yang-engga-pernah-mau-dibilang-kecil, gue akan selalu mendukung lo sebagai penulis. dimanapun.

    gue saluta tas usaha keras lo menguras otak malam ini setelah mengerjakan kimia seruwet itu..

    Ahra, Fighting!!!! (lagi2 komen gue paling panjang. bodo lah)

    • WOW YOU LEFT LONGEST COMMENT EVER.

      AND YEY I LOVE IT. thankyou for rushing and helping me during art class 8D

      yes you are a kid. shut up. and yes im gonna be your personal writer. happy enough? write a chap for me, then :p

      who do you think i am? undefeatable ahra, that’s how you call me LMAO jk XD

  2. HwangChanChan said:

    Trliht jels klw Hyeojin bgtu myukai minho~
    knp minho mlh bru sdar skg…

    Gatau np ak mlh byngin eksprsi hyeojin dgn adgan geum jandi brlari saat junpyo pura” skit…

    Sy sgt suka^^

  3. *TEPOK TANGAN* MANTEP!
    MINHOOOOOO \m/
    FINALLY!!
    *maaf, akibat terlalu bahagia jadi caps smua xD
    menunggu agaiiin~ 😀

  4. Oke, bagian tbcnya bagian paling seru -_- nice ff deh 😀 finally si minho it sadar :p

  5. kaki kanan ya yg cidera? Aku kira kiri, soalnya pas di perform yg ga gerak kiri hehe maaf gapenting next chap asap onn!

    • aku lupa cedera sblh mana -.- pas aku ketik tau2 kanan aja zz kalo salah koreksi ya, aku sendiri ga sadar ngetik kanan~~

      okok 🙂

  6. hyunrikim said:

    Onnieee~ finally, minhoo~ argggh lumutan saya nungguin dia blg suka ke hyeojin hehe^^
    Fightoo! Will wait for next chap!

  7. ak ngerasa babo deh telat baca ini -.-

    aduh ahra,
    ak paling paling suka pas yg diakhir ituuu~
    AKHIRNYAAAAA MINHOOO :’)

  8. harus nunggu 21 chapter ampe akhirnya minho sadar trus ngungkapin perasaanya? well, kau lambat, minho! klu ini jjong, 2 chapter jg jadi *plak *just kidding, author~~~ well, i will go to next chapter because i really love this story 🙂

Leave a reply to nandz Cancel reply