more fantasy about k-pop

Title : Because I Really Love You – Part 23

Author : Choi Ahra

Genre : Romance

Rating : PG

Cast : SHINee’s Minho, SJ’s Donghae. !ninja Kyuhyun, !ninja Heechul

Word Count : 6535

Disclaimer : i dont own anyone except minho HEHE

Summary : a girl who had a crush with Choi Minho – and yet she was being a temporal manager of SHINee.

Warning: Maybe it’ll turn to be not what you want.
A/N: FINALLY. LONGEST FIC I’VE EVER MADE. i took lot of time. idek how to start, actually.

anyway, enjoy. the rest chapters will be focused on Donghae, and the bonus story..?

lol.

Hyeojin bersumpah kalau Choi Minho menghindarinya.

Bagaimana tidak? Lihat saja, dia berusaha menghindari kontak mata. Hyeojin mendengus kesal. Entah apa yang terjadi, sudah dua hari ini Minho tidak mengajaknya berbicara.

Dan yang paling membuat Hyeojin menggigit bibir adalah, bagaimana Suae berada di sekitar Minho.

Seperti hari ini.

Sembari menarik napas panjang, Hyeojin duduk di atas sofa yang terletak di pojok gedung SM. Meskipun sejak skandal itu ada, Hyeojin masih harus berkeliaran di sekitar SM dengan dandanan ala lelaki supaya sosok ‘gadis’ itu mungkin teredam di infotainment. Entahlah, ini salah satu ide Donghae.

Kemudian lelaki yang sekarang terlibat skandal dengannya, muncul entah dari mana dan berjalan mendekat.

“ Hyeojin-ah. Kenapa wajahmu murung begitu?”

Hyeojin mengangkat kepala. “ Ah. Donghae Oppa.”

Donghae datang dengan membawa dua kaleng jus. “ Oke wajahmu seperti orang stress atau bagaimana,” katanya, “ ini, kubawakan jus.”

“ Hm. Makasih.” Hyeojin mengambil kaleng jusnya. Donghae hendak membuka kaleng namun sesuatu menarik perhatiannya.

“ Hyeojin-ah, kau tidak memakai eyeliner dengan benar, ya?”

Hyeojin mengerutkan dahi. “ Yang benar?”

Donghae mengangguk. Dia meletakkan kaleng jus di atas sofa dan mengangkat tangannya. “ Coba sini, kulihat dulu. Pejamkan matamu.”

“ Oh. Oke.”

Hyeojin menuruti Donghae dan memejamkan matanya. Dia merasakan jari Donghae yang sedang membenarkan eyelinernya.

Dua menit berlalu.

“ Sudah..?”

Hening, tidak ada jawaban.

Hyeojin mulai merasa aneh. “ Oppa?”

“ Ah,” barulah suara Donghae terdengar, “ tidak, tidak apa-apa. Bukalah matamu sekarang.”

Hyeojin membuka matanya pelan-pelan, dan melihat wajah Donghae yang hanya berjarak beberapa senti darinya.

“ Oppa,” Hyeojin menyeringai sambil mendorong Donghae pelan, “ menjauhlah. Kalau dari sini kau seperti hendak mencium, nanti kau dikira gay lho.”

Anehnya, Donghae membeku sejenak.

“ Eh?” Hyeojin merasa dia telah mengucapkan sesuatu yang salah, “ Oppa?”

“ Ah. Tidak apa-apa,” geleng Donghae sambil tersenyum. “ Kau benar. Wajah kita terlalu dekat barusan. Dan oh, aku harus kembali ke dorm sekarang, Hyeojin-ah. Sampai nanti.”

Minho tahu dia sangat jelas menghindari Hyeojin.

Entah sejak kapan, kata-kata Suae waktu itu agak mengganggunya dan masih terngiang-ngiang. Akibatnya setiap Minho melihat Hyeojin, perasaannya menjadi agak sedikit berat.

Jeleknya, Suae masih saja terus berada di sekitarnya yang membuat Minho merasa sedikit tidak nyaman. Kalau boleh Minho berandai, dia ingin mempunyai kekuatan untuk menghilang, menjadi transparan, invisible dan ya Tuhan, itu akan menjadi kekuatan supernya yang paling menakjubkan.

Hanya karena Suae.

Minho mendesah panjang saat dia, untuk hari itu saja, bisa berjalan pulang dengan aman tanpa rengekan manja Suae.

“ .. sudah?

Minho mengerutkan dahi saat mendengar suara yang familiar. Dia menghentikan langkahnya dan melongok di balik dinding koridor.

Eh.

“ .. oppa?”

Rahang Minho mengeras. Ia mengepalkan tangannya.

Donghae sedang berusaha mencium Hyeojin, kah?

Namun, Donghae terhenti. Minho mulai melonggarkan kepalan tangannya, namun tidak mengubah fakta kalau .. dia membenci itu.

Apa yang harus dia lakukan sekarang.

Minho mendesis saat Donghae menarik tangannya dari wajah Hyeojin dan membalikkan badan, memutuskan mencari jalan pintas.

.. Menyebalkan.

Donghae, sepulangnya di dorm, disambut dengan jadwalnya oleh Manajer hyung.

“ jadi kau lusa ada jadwal untuk pemotretan baju pengantin di majalah vogue dan – “

Donghae berdecak. “ Aku baru tiba dan Hyung memberiku pekerjaan?”

Manajer hyung mengangkat bahu. “ Namanya juga pekerjaan idola.

Desisan kemudian dapat didengar dari mulut Donghae.

“ Tetapi model perempuannya belum ditentukan,” tambah manajer, “ karena model aslinya keseleo.”

“ ya ampun. Turut prihatin,” Donghae terlihat iba, “ lalu penggantinya belum ditemukan?”

“ ya.”

Donghae tidak berkata apapun selain, “ baiklah.” Dan kemudian dia pun berlalu menuju kamarnya. Dia mengeluarkan ponselnya, memencet tombol nomor, menunggu jawaban panggilannya.

yeobseo?

Han Jihwa tidak mengerti.

Sejak dua hari yang lalu, Lee Donghae terus-terusan menghubunginya.

Atau, nama lainnya, curhat.

Dan kini Lee Donghae malah mengajaknya bertemu di sebuah kafe mahal yang hanya orang-orang tertentu bisa masuk. Akhirnya Jihwa memenuhi ajakan Donghae dan dia melihat sesosok lelaki dengan kacamata besar dan kupluk.

“ Hei.”

Donghae, kemudian, mengajak Jihwa untuk duduk. Setelah itu Donghae memesan makanan serta minuman pada pelayan yang kemudian pergi usai mencatat pesanan.

Sekarang Donghae dan Jihwa berhadap-hadapan. Han Jihwa menunggu apa yang mungkin akan dikatakan oleh Donghae.

Terjadi beberapa menit keheningan sampai akhirnya Lee Donghae, membuka mulut.

“ Jihwa-yah.”

Sebelum Donghae melanjutkan kalimatnya, terdengar suara motor yang melaju kencang.

“ ya?”

“ Menurutmu..”

Entahlah.

Apa mungkin di mata Jihwa saja, tapi –

Rasanya..

“ menurutmu bagaimana,” tanya Donghae pelan, “ kalau aku mempublikasikan hubunganku dan Hyeojin, kalau sebenarnya itu nyata?”

Jihwa terdiam.

Donghae memandangnya dengan serius, menunggu jawaban.

“ memangnya kau benar jadian dengannya?”

“ mm. Tidak, aku hanya.. bertanya saja, kok. Sekaligus melindunginya dari Suae.”

Tentu saja, apa yang bisa Jihwa lakukan sekarang. Dia merasa nyeri, di tempat yang seharusnya saat kau mendengar pertanyaan seperti ini dari orang yang kau sukai.

Tapi sejak awal, itulah konsekuensi Jihwa, menyukai orang yang menaruh perhatian pada orang lain.

Maka, Jihwa hanya menjawab,

“ tidak apa-apa, kan? Kurasa itu ide bagus.”

Dalam hati Jihwa merutuki lidah dan hatinya yang tidak sinkron,

Serta perasaannya yang selalu menyukai orang yang menyukai orang lain.

Minho melangkah gontai di dalam dormnya, tetapi tentu saja, dengan sangat hati-hati. Dia memastikan agar tidak mencederai kakinya lebih parah lagi. Minho membuka kulkas dan mengambil susu berkotak panjang, menuangkannya dalam gelas. Taemin akan mengomeliku, pikirnya, aku mengambil susunya dan dia akan berkata, untuk apa aku minum, apa yang harus kutinggikan.

Masa bodoh, lah.

Minho menyadari saat dia menuang, tetesan air susu terjatuh mengenai lantai. Minho berdesis.

“ Hyeo – “

Dan dia pun terdiam.

Minho menggelengkan kepalanya dan berjalan ke kamarnya. Dia menghamburkan badannya di atas kasur, mendesah. Besok, Lee Suae, pasti akan mendatanginya untuk menjemput.

Tidak bisa menghindar, tentu saja. Suae selalu ada di sekitarnya.

Dan benar saja, keesokan harinya.

Minho disambut dengan Suae, persis di depan pintu dorm.

Inilah sebabnya sejak pagi dia tidak melihat member-membernya diamanapun.

Minho merutuki keempat manusia itu yang pergi hanya untuk menyelamatkan diri.

“ Oppa~” Suae tersenyum, “ ayo kita pergi ke gedung SM!”

Minho berharap dia bisa berlari cepat, jika bukan karena cederanya, ya Tuhan.

“ Oppa, apa aku harus mesti mampir ke SM, kah? Aku sudah tidak ada kerjaan lagi kan, di sana?!”

“ Sudah kubilang, ini supaya mengalihkan perhatian wartawan itu! Dan untuk memastikanmu tidak kenapa-kenapa, kau harus berada di sekitarku. Ngomong-ngomong, kau dimana?”

“ aku berjarak enam meter dari gedung sebenarnya. Tapi tunggu, kenapa juga aku harus berada di sekitar mu dan – “

“ karena aku berkata begitu. Sampai jumpa, Hyeojin-ah.”

“ Oppa?! Oppa! Ya! Tung – “

Klik.

Donghae memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menahan senyum. Tidak mungkin kan, kalau dia bilang pada Hyeojin alasan sesungguhnya?

Agar Hyeojin terbiasa pada dirinya dan hubungan ini.

Agar Minho bisa melihat kalau, dirinya tidak akan mengalah lagi.

Mungkin licik, atau lebih tepatnya memanfaatkan situasi Hyeojin, tapi hanya inilah yang bisa Donghae pikirkan.

“ Oppa!”

Donghae menoleh dan tersenyum lebar. Sesosok gadis dengan wig dan jaket baseball, berdiri di depan pintu utama dengan napas terengah-engah.

“ KAU – “

“ Ya ya ya,” Donghae memutar bola matanya, “ sudah, tidak usah tanyakan kenapa.”

Hyeojin merengut. Tangannya mengepal, hendak memukul lengan Donghae. “ Oppa kau – “

Gerakan Hyeojin terhenti saat Minho memasuki gedung SM.

Dengan Suae juga, yang tentu saja berdiri di sekitarnya.

Saat Minho menyadari ada Hyeojin dan Donghae, entah mengapa, dia menghindari bertemu pandang. Dia hanya tersenyum tipis, dan berlalu, pergi. Suae tetap saja berada di samping Minho, dengan berbunga-bunga.

Hyeojin meremas tangannya.

Donghae menyadari perubahan pada raut wajah Hyeojin. Dia mendekatinya dengan hati-hati.

“ Hyeojin-ah..”

Hyeojin menunduk. Donghae makin merasa cemas. “ Hyeojin?”

Anehnya, Hyeojin mengangkat kepala dan menyeringai. “ Hm?”

Donghae merasa aneh. Hyeojin tersenyum biasa-biasa saja? Biasanya dia akan terdiam, melongo, dan melangkah pergi pelan.

“ Kau..”

Hyeojin berbalik. “ Mau ke kafetaria? Aku butuh kopi.”

Ah.

Aku ingat.

Saat dia melihat Hyuna dan Minho berdekatan, membuatnya sangat cemburu, maka dia akan berbalik, meminum kopi.

Donghae tetap di tempat, terdiam melihat Hyeojin yang berjalan.

Dalam hatinya, ia telah memutuskan sesuatu. Dia pun merongoh ponselnya, menelpon Jihwa.

“ Halo?”

Suara yang lembut itu mengangkat panggilannya.

“ Jihwa-yah.”

“ Ya?”

Aku lupa kalau aku mengajaknya kemari, maka dia akan terus melihat Minho.

Meski, meski Suae ada disana dan aku berada di samping Hyeojin, perasaan terluka itu tetap ada.

Tidak.

Tidak boleh begitu.

“ Jihwa-yah, mungkin aku..”

Aku ingin memonopolinya.

Aku juga ..

“ aku akan segera mengumumkan hubunganku ke publik, dan sekarang aku sedang mencari waktu yang pas, tampaknya.”

.. ingin membahagiakannya, dengan caraku sendiri.

Hyeorin tidak mengerti.

Suae berkali-kali mencoba agar Minho menatapnya.

Tetapi lihat, apa yang dia hasilkan?

Minho tetap saja tidak melihat matanya.

Kini Lee Suae, lagi-lagi, mendesah panjang. Dia melemparkan dirinya ke atas sofa, malam itu. Sambil menonton acara TV, menggonta-ganti salurannya, dia menggumamkan banyak hal. Seperti dia harus bisa membuat Minho lepas dari Hyeojin, dan melihatnya seorang. Bahkan seorang Lee Suae bisa menyadari, besarnya eksistensi Kim Hyeojin di dalam diri Minho.

Hyeorin tahu, Suae sedang membuat rencana bagaimana dia bisa berada di sisi Minho. Suae adalah orang yang sangat ambisius. Segala cara akan dia pergunakan, dan –

Bahkan cara terburuk.

Namun Park Hyeorin berpikir lain.

Kim Hyeojin dan Choi Minho adalah orang yang telah mengembalikan persahabatannya dengan Heechul, bahkan kini keduanya sering berhubungan.

Meski hanya hal kecil, yaitu mempertemukan, tapi bagi Hyeorin, adalah sesuatu yang besar.

Bukankah itu berarti mereka orang baik?

Bukankah itu berarti..

Antara Lee Suae, yang telah menarik kehidupannya menjadi lebih baik,

Atau..

Seharian itu, Han Jihwa tidak bisa tidur, sejak semalam juga.

Matanya kini menghitam. Bahkan dia mendatangi kelas mata kuliahnya dalam keadaan setengah hidup.

Dan saat dia kembali ke apartemennya, Jihwa bahkan, merusak semua barang elektronik, nyaris meledakkannya, dan dia tersandung atau terantuk dimana-mana.

Bahkan dia terjatuh karena benda tidak nyata, demi Tuhan.

Dia berbaring di atas tempat tidur, menelungkupkan wajahnya di atas bantal.

“ aku akan segera mengumumkan hubunganku ke publik, dan sekarang aku sedang mencari waktu yang pas, tampaknya.”

Jihwa memejamkan mata.

Memang seharusnya begitu, kan.

Tetapi kenapa aku tidak terima?

Jihwa menggulingkan badannya ke sisi samping, terlentang dan memandangi langit-langit kamarnya.

Aku tahu karena Donghae menceritakan semuanya padaku dan –

Jihwa memejamkan mata.

Kenapa juga di depan Minho, kau mengakui Hyeojin sebagai pacarmu, idiot?

Jihwa, pelan-pelan, membuka matanya.

Dan kenapa pula.. aku tidak terima?

Ini risikonya, bukan?

Menyukai orang yang menyukai gadis lain.

Tapi..

Apa Hyeojin juga menyukainya?

Seketika Han Jihwa pun duduk tegak, menggenggam seprai erat-erat.

Bagaimana dengan Minho?

Keduanya?

Jihwa tahu tentang Suae dan sebagainya, namun itu tidak menghentikannya dari terus berpikir seperti itu.

Dan entah bagaimana ceritanya, Jihwa .. memiliki pikiran ‘curang’.

Setidaknya dia ingin memastikan perasaan Minho.

Jihwa pun menarik selimut hingga menutupi tubuhnya, memutuskan untuk tidur.

Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar, mungkin.

“ Hyeojin-ah!”

Seperti biasa hari itu Lee Donghae memaksa Hyeojin untuk menemaninya di gedung SM. Bahkan ketika malam, Hyeojin masih mendekam di tempat latihan Super Junior, menonton bersama Park Seunghee, yang entah bagaimana ceritanya belakangan ini, sering sekali bersama Super Junior. Hyeojin hanya tahu kalau yang pasti, Kyuhyun lah penyebabnya. Keduanya memang sangat dekat, dan sering adu mulut juga di saat bersamaan.

Lalu Donghae menghampirinya dengan cerah ceria, membawa sebotol pocari sweat.

“ Hai!”

Hyeojin mengulum senyum dan menonjok pelan lengan Donghae. “ Apa? Kau seenaknya saja membuatku menunggumu latihan.”

Donghae tertawa, “ bukankah sejak dulu kau juga selalu begitu?”

Kini Donghae membawa alasan ’sejak dulu’.

Tidak cukup picik kah, dia?

Terkadang Donghae merasa bersalah.

“ Baiklah,” Hyeojin meleletkan lidah, “ kapan latihanmu selesai?”

“ sekarang.”

“ bagus,” Hyeojin melemparkan tas Donghae, “ tangkap. Dan ayo, kita pergi. Aku mau pulang.”

Donghae tertawa. “ Oke, oke. Biarkan aku pakai jaketku terlebih dahulu.”

Beberapa menit kemudian usai pamit pada anggota lain dan Seunghee, Hyeojin dan Donghae pun keluar dari ruangan dan berjalan menyusuri koridor.

“ Oppa, aku tidak benar-benar mengerti kenapa kau selalu membutuhkanku saat latihan,” geleng Hyeojin.

“ Hm? Bukankah dari dulu aku selalu memintamu datang kemari agar menemaniku latihan, ya?”

Hyeojin hendak protes, namun Donghae memotongnya, “ sudahlah.”

Pada dasarnya Hyeojin tidak pernah berdaya menghadapi Donghae, gadis itu hanya menggeleng-geleng saja. Mereka membicarakan banyak hal. Donghae lega karena setidaknya, Hyeojin tidak membicarakan Minho atau apapun. Maka saat Hyeojin bilang dia hendak ke toilet, Donghae mengangguk dan menyandarkan dirinya ke dinding, merasa ringan. Sembari menunggu Hyeojin, Donghae mulai memikirkan tanggal-tanggal untuk mempublikasikan hubungannya, bagaimana dia memberi pengertian ke Hyeojin, dan sebagainya.

Donghae tersenyum kecil.

Dia tidak akan mundur.

Cepat atau lambat, mau tidak mau.

Setidaknya.

“ Bengong?”

Tiba-tiba wajah Hyeojin yang mendongak persis di bawah wajah Donghae muncul, membuat lelaki itu kaget.

“ Eh?! Kau mengagetkan – “

“ Kau saja yang tidak sadar aku sudah selesai,” Hyeojin mencibir setengah bercanda.

“ Oke, oke, baiklah. Kau menang. Sekarang biar kuantar kau ke depan gedung, ya? Aku tidak bisa terus-terusan juga mengantarmu, kau tahu risikonya dan..”

“ Tidak masalah,” Hyeojin mengangguk, kemudian mereka pun berjalan lagi. Sepanjang itu mereka bercanda, mengerjai satu sama lain dengan candaan ringan. Hyeojin yang mendengus dan Donghae yang menyeringai, semuanya.

Lalu tiba-tiba, langkah Hyeojin terhenti, membuat Donghae keheranan.

“ Hyeojin-ah?”

Namun mata Hyeojin hanya tertuju pada satu ruangan, dan dia seperti termangu.

Ketika Donghae menyadarinya, itu adalah tempat latihan SHINee.

Hyeojin tampak seperti sedang berpikir.

“ YA! KEY! KUBILANG AKU BAIK-BAIK SAJA!”

“ TIDAK! KAU HARUS ISTIRAHAT! JANGAN MEMAKSAKAN DIRI UNTUK BERGERAK-GERAK KESANA KEMARI!”

Suara Key dan Minho terdengar keras dari ruangan itu. Donghae mengerjapkan matanya kaget dan menoleh ke Hyeojin, ingin tahu reaksinya.

Di luar dugaan, Hyeojin tersenyum, sangat lega.

Donghae tertegun.

“ Ah,” Hyeojin menghela napas dan menyeringai, “ ayo, kita pulang.”

Donghae tidak menjawab, hanya menganguk dan mengikuti Hyeojin. Dia memandangi gadis itu dari belakang.

Dia merasa salah.

Karena sejak awal, seharusnya tidak begini.

Bahkan sampai mereka berdua berpisah pulang di depan pintu utama dan Donghae kembali ke dorm, Donghae tidak bisa lepas dari pikiran itu.

Di perjalanan, yang bisa Donghae ingat hanyalah bagaimana Hyeojin tersenyum.

Berbeda dari yang selama ini dia lihat.

Sebenarnya sejak awal, Donghae mengetahuinya.

Hanya saja dia tidak mau mengakui.

Padahal senyum itu tidak akan pernah..

Donghae mengepalkan tangannya.

Ada yang harus dia lakukan sekarang.

Maka sesampainya dia di dorm, Donghae menemui manajer hyung di kamarnya dengan tergesa-gesa.

“ Hyung!” serunya membuka pintu kamar, membuat manajer hyung terlonjak.

“ Donghae! Dasar bocah ini, kau mengagetkanku saja!”

Donghae tidak menggubrisnya, malah melangkah cepat dan duduk di sebelah manajer hyung.

“ Kau bilang, model pengantin perempuannya belum ada?”

Manajer hyung mengerutkan dahi. “ Iya, memang belum ada dan..”

“ Kalau aku mengajukan modelnya, boleh? Dan tolong sembunyikan wajahnya, agar melindungi identitasnya.”

“ Memangnya siapa?”

Donghae menggigit bibir.

Supaya tidak ada yang terluka lebih jauh.

Dia harus memastikan semua, secepatnya.

Sekaligus ini adalah keinginan egoisnya..

“ Kim Hyeojin.”

.. untuk terakhir kalinya.

Keesokan harinya saat di gedung SM, Lee Suae dan Park Hyeorin disambut dengan keriuhan dari staff make-up artist yang mondar-mandir. Mereka sibuk mencari wig yang pas, dan sebagainya.

“ Ada apa ini?” Suae menaikkan alisnya.

Hyeorin menggeleng sebagai jawaban. Dengan penuh rasa ingin tahu, Suae mencolek salah satu staff yang buru-buru menaruh hormat saat melihatnya.

Keriuhan ini tentu saja bukan sesuatu yang biasa, di dalam SM.

“ Boleh kutahu, kenapa sekarang kelihatan sangat..”

“ Oh,” staff itu menjentikkan jarinya, “ sibuk mempersiapkan peralatan make up dan wig model pengantin perempuan untuk majalah vogue dan model prianya adalah Donghae-ssi.”

“ Ah,” Suae manggut-manggut, “ lalu kenapa kalian terlihat repot sekali?”

“ karena dadakan. Kami kira modelnya berasal dari luar.”

“ memangnya siapa?”

“ Hyeojin-ssi.”

Suae tekejut, begitu pula Hyeorin. Staff itu menambahkan. “ Kudengar Donghae sendiri yang memilihnya.”

“ Eh? Lalu,” Suae buru-buru mengklarifikasi, “ apakah Hyeojin tahu? Bagaimana konsep pemotretannya?”

“ Hmm, jadi sekarang Donghae sedang menculik Hyeojin dari rumahnya.. konsep pemotretan? Selain tentang baju pengantin, kami tidak tahu. Oh, Suae-ssi, kami pergi dulu. Mereka telah mengumpulkan yang diperlukan. Permisi.”

Suae mengibaskan tangan tanda mempersilakan dan staff itu pun pergi.

“ Hyeojin dan Donghae sebagai model.. ya..”

Hyeorin kaget ketika senyum licik terpatri di wajah Suae. Gadis itu mengeluarkan ponselnya.

“ Kita lihat apakah aku sudah menyimpan nomer wartawan Juhan – voila. Ternyata sudah.”

Hyeorin menelan ludah.

“ Suae.. apa yang kau..”

“ Kau tahu,” Suae memencet tanda ‘panggil’, “ kurasa .. aku menemukan kesempatan emas.”

“ kau tidak bermaksud akan – “

Halo? Wartawan Song Juhan?

Hyeorin terbelalak.

Suara Suae berubah menjadi manis dan.. pura-pura syok.

Aku Lee Suae. Tentang skandal itu, kurasa ada benarnya. Karena kau lihat, sepertinya kami punya sedikit masalah disini.”

Napas Hyeorin tertahan.

Usai berbincang, Suae mematikan ponselnya.

“ Karena ini menarik, aku rasa aku harus mengikuti mereka. Hyeorin, ayo.”

Hyeorin mengepalkan tangan.

Tidak bisa.

“ Aku akan menyusul, aku ada beberapa urusan untuk diselesaikan, Suae.”

Dia harus mencari Minho, secepatnya.

Han Jihwa mendatangi resepsionis SM tiba-tiba dan bertanya dengan nada agak berapi-api.

“ Apakah ada Choi Minho?”

Resepsionis SM, yang sudah tahu Jihwa adalah kenalan dalam, memberitahukannya walaupun kaget melihat Jihwa yang seperti itu. Jihwa mengucapkan terima kasih dan melesat menuju dimana keberadaan Minho.

Dengan setengah kesal, Jihwa membuka pintu, dan menemukan Minho yang sedang berbicara dengan Park Hyeorin.

Minho terlonjak melihat kedatangan Jihwa. “ Noona! Kau – “

“ Kalian berdua sedang apa?” tanya Jihwa ragu.

Hyeorin terdiam sejenak dan menjawab dengan datar, “ aku baru bilang kalau Donghae meminta Hyeojin menjadi model pengantin lalu kemudian, Unnie datang masuk.”

Jihwa tercengang. “ Apa..”

Hening.

Akhirnya, Jihwa, yang tidak pakai basa-basi lagi, menutup pintu dan segera mendatangi Minho, menatapnya tajam. Minho kebingungan melihat Jihwa.

“ Emm, Noona?”

“ Oke, aku tidak akan panjang lebar,” Jihwa melipat tangannya, “ kau suka kah, pada Hyeojin?”

Minho tersedak ludah. “ Eh..”

“ Jawab.”

“ Memangnya kenapa? Ini kan – “

Jihwa mengacungkan telunjuknya, “ katakan padaku, ya atau tidak,”

Minho tahu dia tidak akan pernah bisa menang melawan orang yang lebih tua darinya.

Dengan muka semerah kepiting rebus, dia mengangguk.

Jihwa pun membeku. “ lalu kenapa kau membiarkan Hyeojin dengan Donghae?! Itu membunuh perasaanmu sendiri, kan?!”

Minho memejamkan matanya. “ Tidakkah kau mengerti? Mereka benar-benar berhubungan, kan?! Apakah itu hakku untuk melarang?!”

Jihwa mendengus kencang.

Anak ini memang bodoh.

“ Kau tahu?! Hyeojin menyukaimu!!”

Minho terbelalak.

“ Dan alasan kenapa selama ini dia menahan perasaannya, menarik semua kata-katanya,” teriak Jihwa, “ ADALAH KAU, YANG TIDAK KUNJUNG SADAR!”

Terima kasih Donghae yang telah membeberkan semua perasaan Hyeojin juga.

“ Tapi..”

Lalu tiba-tiba, sebuah panggilan masuk di ponsel Jihwa. Gadis itu berbalik untuk mengangkatnya sebentar.

“ Halo? Eh? Ah? Ya? Kenapa? EHHH?!”

Minho dan Hyeorin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

“ Emm. Baiklah. Hanya Minho, Seunghee, dan Heechul Oppa? Oke. Aku mengerti. Secepatnya,” Jihwa menutup panggilan dan berbalik. Minho dan Hyeorin menatap was-was.

Jihwa menarik napas panjang. “ Donghae meminta bantuanmu, Seunghee, dan Heechul. Mereka sedang dalam masalah.”

“ Eh..” Minho merasa mual, “ Hyeojin juga?”

Jihwa mengangguk. “ Jika tidak, mereka akan mendapat skandal yang lebih besar dari ini. Dan tentu saja, seisi dunia akan tahu siapa Kim Hyeojin.”

Minho menelan ludah.

“ Kau, Choi Minho,” kata Jihwa dingin, “ tidak akan mendapat kesempatan lagi.”

Hyeorin membuka suara. “ Kau bilang Heechul juga diajak?”

Jihwa menganguk.

“ Ah,” kata Hyeorin, “ aku bisa membaca apa yang akan terjadi. Ngomong-ngomong, Minho, aku belum selesai bicara.”

Minho mengangkat wajahnya. “ Ya?”

Hyeorin terdiam sejenak dan menganguk sekilas, menguatkan hatinya yang sudah memutuskan untuk mengungkap.

“ Minho, yang merencanakan semua ini dari Donghae dan Hyeojin terlibat skandal, hingga kini mereka berada dalam masalah,” ucap Hyeorin, “ adalah Suae.”

Saat itu juga, Minho terbelalak. “ Apa kau bi – “

“ sekarang terserah dirimu, kau mau mengutamakan dirimu, atau mengalah pada Donghae,” kata Hyeorin datar, “ yang penting aku telah menyampaikannya.”

Jihwa melihat Minho dengan khawatir. Lelaki itu menunduk, menggertakkan giginya. Jihwa pelan-pelan mendekati Minho. “ Hei.. Kau tidak apa-apa?”

Minho mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“ Katakan padaku, Noona,” kata Minho akhirnya. Suaranya parau dan berat, “ apa yang harus kulakukan bersama Heechul.”

Mata Jihwa berbinar-binar dan dia menganguk. “ Baiklah, akan kujelaskan sembari kita mencari Heechul dan Seunghee. Dan oh, ukuran tubuh Heechul tidak jauh berbeda dari Hyeojin, kan?”

Song Juhan memastikan saat di taksi, perlengkapannya sudah cukup. Bahkan dia telah mengecek dimana tempat pemotretan itu. Dia melemparkan pandangan keluar jendela taksi, memperhatikan jalanan.

Dalam hatinya ia, sebenarnya, tidak mengerti mengapa Lee Suae itu dengan ‘gampangnya’ melaporkan hal sensitif itu pada wartawan gosip sepertinya.

Walaupun, dia mungkin berpikir, karena dunia selebritas itu bermuka dua, mungkin Suae yang asli tidak semanis cara berbicaranya.

Tanpa sadar, Juhan tersenyum picik.

Apapun itu.

Taksi pun melaju cepat, menuju tempat pemotretan Lee Donghae dan Kim Hyeojin.

“ OPPA!”

Donghae, yang saat itu sedang duduk di atas kursi, mengangkat kepalanya. Kim Hyeojin keluar dari karavan milik tim fotografer, mengenakan gaun pengantin dan rambut yang dikuncir tinggi. Dia mengangkat bagian bawah gaun dan melangkah tertatih-tatih dengan heels. Hyeojin melotot dan menunjuk dirinya.

“ Bisa dijelaskan kenapa aku BEGINI?!”

Donghae tertawa. Dia berdiri dari kursi yang diletakkan di atas rerumputan, menghampiri Hyeojin. Matanya memperhatikan gadis itu dari kepala hingga ujung kaki.

“ Kau terlihat berbeda.”

“ TENTU SAJA!” Hyeojin berteriak emosi, “ pagi ini aku diculik oleh kau, lalu kau bilang aku hanya menjadi model sementara dan wajahku ditutupi, tapi ternyata model pakaian pengantin?! Yang benar saja! Kau mau berbohong, ya?!”

Donghae tertawa kecil. “ aigo, aku tidak bohong. Wajahmu memang akan ditutupi kok. Aku hanya tidak bilang jenis pakaiannya saja, karena kau pasti menolak.”

“ PASTI, LAH. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH.”

“ Sudah, tidak usah teriak. Kita ini mepet waktu, tiba-tiba saja model perempuannya cedera. Karena tidak ada waktu lagi, kami memilihmu.” Kali ini Donghae benar-benar berbohong. Hyeojin menghela napas pasrah. Donghae menarik tangan Hyeojin dan mengajaknya duduk.

“ Pemotretan baru dimulai dua jam lagi. Beginilah kehidupan artis, harus bersiap-siap beberapa jam sebelum sesi yang sesungguhnya dimulai.”

Hyeojin kini tahu mengapa mereka terlihat selalu lelah. Melihat dirinya sendiri yang sudah terlanjur di dandani, Hyeojin tahu dia tidak punya banyak pilihan. Maka dia memilih untuk menunggu, berpikir kalau wajahnya tidak diperlihatkan begini, mungkin tidak apa-apa.

Donghae, yang masih memegang pergelangan tangan Hyeojin, kini duduk berhadapan. Dia memandangi wajah Hyeojin yang masih agak setengah hati sambil menahan senyum.

Melihat mimik muka Hyeojin selalu mengasyikkan karena dia selalu sok terlihat kuat, padahal dia sebenarnya malas bukan main.

Namun, senyum di wajah Donghae memudar.

Bukan ini yang sebenarnya.. dia ingin lakukan.

“ Hyeojin-ah,”

Hyeojin memiringkan kepala. “ Hem?”

Terkadang manusia terlalu egois, memikirkan perasaannya sendiri.

Tentu saja dia ingin Hyeojin tidak terluka lagi, tetapi..

Apa dengan caranya yang egois ini akan menyelesaikan masalah?

Apa Hyeojin akan menerimanya?

“ Coba kau bayangkan.. diriku.”

Hyeojin menganggap permintaan Donghae agak aneh, namun dia tetap melakukannya. Hyeojin memutar bola matanya ke atas, membayangkan Donghae, dan dia terkikik geli atau menyeringai.

Ekspresi Hyeojin telah menjawab semuanya.

Donghae menahan napas.

Senyum itu bukan miliknya.

Dia tidak akan bahagia jika bersamaku.

Dan jika dia hancur karena perasaannya, maka dia akan bangkit dengan sendirinya.

Karena aku.. hanyalah orang yang memiliki batas perasaan di dalam pikirannya.

Donghae memang sejak awal.. tidak ingin menyadarinya.

Dia takut kalau dia terluka.

Karena dia pernah melihat Hyeojin terluka akibat hubungan Minho dan Hyuna.

Maka dia tidak ingin melepasnya, apalagi saat melihat Hyeojin menangis dalam diam.

Aku pikir, aku sanggup membahagiakannya.

Tetapi..

Setidaknya, Donghae ingin menyampaikan perasaannya.

“ Hyeojin-ah..”

Donghae memperkuat genggaman tangannya, membuat Hyeojin mengangkat kepala. “ Kenapa?”

Ini saatnya.

“ Aku – “

Kalimat Donghae terputus. Dia menyipitkan matanya, melihat sosok dari belakang Hyeojin.

Ada seseorang yang dari kejauhan, mendekat.

Donghae tercekat saat dia menyadari orang itu.

Perubahan wajah Donghae, menarik perhatian Hyeojin. “ Oppa?”

“ Hyeojin, kita sebaiknya..” Donghae menarik Hyeojin pelan untuk berdiri, “ pergi dari sini, ke tempat yang lebih sunyi.”

“ Ada apa?”

“ Seseorang membuntuti kita.”

“ Eh..” Mata Hyeojin melebar. Donghae menyentakkan tangannya pelan, “ ayo.”

Hyeojin menurut dan mereka berjalan meninggalkan kursi. Donghae menahan napasnya. Dia memang hendak mengumumkan hubungan ini, tadinya. Dia belum menghubungi wartawan manapun. Ditambah dia telah mengurungkan niat, seharusnya wartawan tidak berada disini.

Donghae mendesis. Hanya ada satu nama yang terlintas di benaknya.

Suae.

Kalau dia, pasti semuanya menjadi mungkin.

Donghae merasa bodoh. Dia terlalu gegabah.

Sial.

Mereka berdua pun berdiri di dekat pohon yang rindang. Hyeojin meringis karena kakinya belum terbiasa mengenakan hak tinggi. Napas Donghae tersengal-sengal.

“ Oppa,” bisik Hyeojin, “ siapa yang mengikuti kita?”

Donghae memperkuat genggamannya. “ wartawan itu.”

Seketika tubuh Hyeojin membeku. Donghae memicingkan matanya. Dia tahu wartawan itu mendekat.

Donghae melihat kesana kemari dan menemukan seorang staff. Dia menghampirinya dan menanyakan apakah dia boleh meminjam sesuatu. Hyeojin bertanya-tanya, apa yang dilakukan Donghae.

Lelaki itu kembali seraya mengeluarkan ponsel. Dia berpikir sejenak, siapa yang bisa dia hubungi. Saat seseorang muncul di benaknya, Donghae tahu dia bisa diandalkan. Di saat yang bersamaan pula, sebuah ide brilian muncul.

Itu berarti dia harus melibatkan Minho.. dan Heechul.

Donghae tidak ingin menelpon Minho, tidak sekarang dia mengakui kekalahannya.

Dia harus meminta bantuan Minho dari orang lain.

“ Yeobseo? Jihwa-yah?”

Dalam hitungan detik, Donghae menjelaskan segalanya dengan sangat cepat, membuat Hyeojin menganga.

Kemudian, Donghae mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam saku. Hyeojin merasakan sesuatu yang tidak enak.

“ apa yang kau rencanakan?”

Donghae menatap Hyeojin dan tersenyum tipis.

“ Maafkan aku, Hyeojin-ah.”

“ Eh..”

Insting tajamnya menyadari keberadaan wartawan itu makin dekat. Tanpa berpikir panjang, Donghae menyuruh Hyeojin untuk mencopot sepatu berhaknya. Lalu Donghae menarik Hyeojin, dan berlari. Dia tahu wartawan itu juga mengejar.

“ Oppa! Kau mau a – “

Donghae mengacungkan sesuatu, membuat Hyeojin kaget.

“ Kunci motor?”

Donghae terkekeh. “ Untuk beberapa menit kedepan, kau dan aku akan seperti kawin lari dengan pakaian seperti ini.”

“ Hah?!”

“ Tenang saja,” Donghae mengulum senyum, “ nanti bakal ada yang menyelamatkanmu kok.”

“ Tunggu! Memangnya – “

Donghae langsung menaiki sebuah motor berwarna merah, memasukan kunci dan gigi, lalu menyuruh Hyeojin untuk naik. Kebingungan, Hyeojin lagi-lagi menurut begitu saja.

“ Siap?”

Hyeojin tidak mengerti,

Dan untuk kedua kalinya, dia tidak memiliki pilihan lain selain mengangguk.

Juhan terkejut saat Lee Donghae kabur membawa gadis yang belum ia lihat wajahnya dengan motor. Padahal Juhan sudah berusaha mengikuti mereka berdua dengan sangat hati-hati. Rupanya Donghae menyadari keberadaannya. Mendecak, Juhan memanggil taksi dan mengikuti Donghae yang sudah melaju cepat dengan helm di kepalanya, menutup wajah.

Juhan bisa menyimpulkan kalau gadis ini memang bukan sembarang model. Dia memang gadis misterius itu.

Mereka memasuki sebuah jalanan curam, yang terdapat jalanan lain serta rerumputan satu tingkat di bawahnya, meski tidak terlalu besar perbedaan tingginya.

Juhan mengambil ponsel dan segera menghubungi rekan wartawannya untuk berkumpul di satu titik. Juhan tahu, hanya itulah tempat jalanan itu berakhir, selanjutnya akan bercabang menjadi pertigaan.

Ini akan menjadi berita yang sangat menarik.

Karena menggunakan taksi, Juhan tentu saja tertinggal jauh sekitar sepuluh-tiga belas menit dari Donghae yang mengendarai motor.

Namun tidak masalah.

Karena dia telah merencanakannya dengan sempurna.

Hyeojin bersumpah hari ini seharusnya dia di kamar, menikmati coklat hangatnya sambil menonton tv, berselonjoran. Bukan berada di atas motor yang melaju kencang dengan gaun pengantin, dikejar-kejar oleh wartawan gosip yang gila.

“ Hyeojin, pegangan yang erat. Aku akan menambah kecepatannya.”

Tidakkah ada hari yang lebih menggilakan dari pada ini?

Maka mau tidak mau, Hyeojin memegang erat tuxedo Donghae. Dia benar-benar menambah kecepatannya, membuat Hyeojin nyaris gila ketakutan.

“ Oppa, apakah kita sedang kabur?” pertanyaan bodoh sebenarnya.

“ Yah. Kalau kau ingin selamat dari skandal.”

Ya Tuhan.

“ Oke, bukankah kalau kita kabur, malah mencurigakan?”

“ Tenang, aku sudah meminta bala bantuan.”

Hyeojin tidak tahu sistem apa yang bekerja di otak Donghae, sebenarnya.

Entah sejak kapan, mereka memasuki sebuah jalanan yang curam dan sepi. Hyeojin memberanikan diri untuk memajukan sedikit wajahnya, melihat ke bawah. Terdapat sebuah jalanan panjang.. rerumputan juga..

Mata Hyeojin membulat.

Sebuah mobil van yang familiar melaju.

Lalu ada kepala yang menyeruak dari jendela mobil, membuat keterkejutan Hyeojin meningkat lagi.

Demi Tuhan, hari ini banyak kejadian yang membuat tingkat stress dan kagetnya menjadi naik.

Hyeojin mengucek matanya.

Tidak mungkin benar, kan.

“ HYEOJIN-AH!!”

Karena yang memanggilnya adalah Choi Minho.

Dia berada di sana.

Tidak mengerti, Hyeojin menoleh ke arah Donghae. “ Bisa dijelaskan kenapa menjadi begini?”

“ Ah. Kau akan tahu. Intinya aku menyuruh Minho dan lainnya untuk menyelamatkanmu – maksudku – kita, dan.. begitulah. Apakah wartawan itu sudah tidak terlihat?”

Hyeojin menengok ke belakang. “ Sepertinya dia tertinggal.”

“ Bagus.” Donghae mengencangkan laju motornya dan menepi di suatu pinggiran yang di bawahnya terdapat jalanan dengan sisi rerumputan. Donghae melepas helmnya dan menurunkan Hyeojin. Mobil van itu pun berhenti. Minho turun dari mobil tergesa-gesa, sementara dari dalam mobil Heechul dan Seunghee berteriak memanggil nama Hyeojin, membuat gadis itu tanpa sadar tersenyum geli. Beberapa detik kemudian dia menoleh, bertanya-tanya. “ Apa yang sebenarnya terjadi?”

Donghae meletakkan tangannya di bahu Hyeojin. “ Kau akan meloncat. Minho akan menangkapmu.”

“ Eh?! Dengan pakaian pengantin?!”

“ Tidak apa-apa,” ujar Donghae menenangkan, “ kau akan baik-baik saja.”

Hyeojin menatap ke bawah dengan agak ragu. Donghae merangkul Hyeojin dari belakang. Dia mendengar Minho mengeluarkan suara, “ ehhh!!” lirih, namun dia tidak peduli.

Semenit saja.

Donghae menenggelamkan wajahnya di bahu Hyeojin. “ Maafkan aku karena telah melibatkanmu dalam semua ini. Maafkan aku karena aku tidak bisa melindungimu lebih dari ini. Maafkan aku karena membuatku bingung atas pernyataanku mengajakmu menjalani hubungan ini sungguh-sungguh. Maafkan aku,” bisiknya.

“ Oppa..” Hyeojin merasa napas Donghae berhembus lembut di bahunya. Donghae memejamkan matanya. “ Aku hampir saja.. membuat langkah bodoh lebih dari ini. Namun aku sadar, aku tidak bisa. Kau tidak menyukaiku seperti kau menyukai Minho. Bagaimanapun juga kau lah yang berhak menentukan perasaanmu dan aku tidak bisa memaksamu.”

Hyeojin menggigit bibir. “ Lalu kenapa Oppa memikirkanku hingga mati-matian begitu?”

Donghae mengangkat wajahnya dan menelusuri wajah Hyeojin dengan jemarinya, sementara dirinya tetap berada di belakang Hyeojin. Lalu tangannya menutup mata Hyeojin. Dia menggeserkan badannya ke samping, mendekatkan wajahnya.

“ Karena mungkin..”

Minho terbelalak melihat adegan di depan matanya.

“ aku sudah sedikit menyukaimu.”

Hyeojin merasa ada sesuatu yang lembut menempel di mulutnya.. seperti kulit?

Atau..

Dia mendengar teriakan Minho dengan jelas. Donghae membuka matanya dan Hyeojin bisa melihat Minho yang terlihat syok. Donghae sendiri tersenyum penuh kemenangan dengan gayanya yang khas. Dia mengangkat tubuh Hyeojin.

Hyeojin, menatap mata Donghae dalam-dalam, lalu berkata pelan, “ aku juga.”

Donghae tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis. “ Bodoh. Terima kasih, ya, sudah sedikit menyukaiku.”

Hyeojin menganguk dan ikut tersenyum. Donghae mendekatkan mulutnya ke telinga Hyeojin.

“ Dia datang untukmu,” bisiknya, lalu berteriak, “ Minho, tangkap!”

Dalam hitungan detik, Hyeojin merasa dirinya melayang. Donghae melemparnya dan Minho menangkap Hyeojin dengan sigap. Kemudian Minho membuka pintu mobil van dan dengan cepat dia melempar Hyeojin ke dalam.

Hyeojin meringis karena terantuk jok mobil. Dia melihat Seunghee dan Heechul (mengagetkan, dia memakai make up) yang sedari tadi menunggunya.

“ CEPAT!” terdengar teriakan Donghae. Heechul buru-buru membuka pakaiannya, namun sayangnya ada yang menyangkut di tangannya. Tidak sabar, Seunghee menarik pakaian Heechul dan berteriak “ REPOT AMAT SIH JADI LELAKI!” dan pakaian itu pun terlepas dari tubuh Heechul yang mengeluh kesakitan karena Seunghee menariknya terlalu kasar. Heechul menurunkan celana trainingnya. Kini dia hanya telanjang dada dan mengenakan boxer. Hyeojin menelan ludah, bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan.

Seunghee menyerahkan pakaian dan celana itu pada Hyeojin. “ ganti dengan ini. Heechul oppa, berbaliklah.”

“ Ah. Oke.” Sekejap, Hyeojin telah berganti pakaian.

Anehnya, kini Heechul yang mengenakan gaun pengantin itu dan wig.

Seunghee menyuruh Hyeojin keluar dari mobil van, meninggalkannya di atas rerumputan itu bersama dengan Minho. Donghae sudah terlebih pergi, menunggu Heechul di ujung tempat jalanan atas dan bawah bertemu.

“ Kau disini, kalian berdua, bersembunyi lah,” perintah Seunghee, “ Heechul akan mengambil peranmu. Ciao.”

Bersamaan dengan itu, mobil van melesat pergi.

Kini tinggal lah Hyeojin dan Minho berdiri, melongo, berusaha menerima kenyataan aneh.

Saat otak mereka kembali dapat memproses keadaan sekitar, mereka menyadari keberadaan satu sama lain dan wajah mereka memerah.

Keheningan yang kaku pun terjadi.

Minho memainkan jarinya, berusaha mencari topik pembicaraan.

“ emm. Jadi kami kesini untuk menyelamatkanmu.”

Topik macam apa itu, Minho merutuki dirinya sendiri dalam hati. Hyeojin mengangguk dan tersenyum lebar. “ Iya. Hehe. Terima kasih.”

Melihat Hyeojin yang tersenyum seperti itu, entah mengapa Minho merasa kakinya seperti agar-agar. Dia pun terduduk lemas. Untunglah mereka berada di pojokan bebatuan di atas rumput, sehingga mereka tidak terlihat oleh orang manapun (dan kebetulan jalanan ini memang sangat sepi). Hyeojin terkejut melihat Minho yang terduduk seperti itu dan mendekatinya, duduk di atas lututnya.

“ He.. Hei. Oppa? Minho Oppa? Kau baik-baik saja?”

Minho memejamkan mata, mendesah panjang. “ Bagaimana bisa aku bilang aku baik-baik saja.. Aku sangat deg-degan belakangan ini. Kupikir kau benar-benar berpacaran dengan Donghae Hyung. Saat tahu kau akan menjalani pemotretan dengan baju pengantin dan kalian dikejar oleh wartawan sialan itu, kau pikir aku bagaimana?”

Hyeojin menunduk. “ Dan kupikir kau terus-terusan bersama Suae,” gumamnya, “ aku dan Donghae oppa hanya terlibat skandal. Tidak lebih.”

“ aku juga,” jawab Minho pendek, “ Suae hanya.. tergila-gila, mungkin.”

“ Kalimat itu membuatmu terdengar terlalu membanggakan diri.”

“ Aku tidak tahu apalagi kata yang tepat.”

Hening.

Hyeojin memainkan rerumputan, tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Minho memandangi Hyeojin, teringat kalimat Jihwa barusan.

Hyeojin menyukaimu.

Minho menaruh harapan yang tinggi sekarang.

Benarkah?

Setelah dia menarik kata-katanya waktu itu,

Apa dia tidak sungguh-sungguh menariknya?

“ Hyeojin-ah? Boleh aku menanyakan sesuatu?”

Tangan Hyeojin berhenti mencabuti rumput. “ Hmm, ya?”

“ Kau menyukaiku?”

Mata Hyeojin menjadi bulat. Minho makin memfokuskan pandangannya, menunggu jawaban.

Yang mengagetkan adalah, wajah Hyeojin semerah tomat.

Badannya gemetaran.

Dia terlihat sangat malu.

Minho menangkap itu sebagai jawabannya.

Tanpa sadar, Minho mendesah lega. Dia tersenyum.

“ Aku juga menyukaimu.”

Hyeojin tertegun. Tangan Minho terangkat dan menelusuri rambut Hyeojin. “ Aku baru menyadarinya. Sejak awal kita bertemu, aku sudah terlalu tergantung padamu. Hanya saja aku sangat telat menyadarinya.”

Jari Minho kini berpindah, menyentuh pelipis Hyeojin.

“ Aku sekarang menyatakan kalau aku suka padamu,” ucapnya serius, “ apakah masih ada tempat untukku?”

Rasanya Hyeojin ingin menampar dirinya.

Seperti mimpi.

Pernyataan yang telah ia tunggu-tunggu sejak dulu.

Pernyataan yang ia kira hanyalah mimpi.

Tanpa sadar, air mata Hyeojin mengalir.

Dia merasa lelah dan.. perasaannya meluap.

Minho sesungguhnya membalas perasaannya.

“ .. Ya..”

Minho tersenyum dan jarinya menghapus air mata Hyeojin.

Bahkan Hyeojin sendiri tidak tahu dia menangis tanpa suara karena apa. Mungkinkah dia terlalu sensitif?

Yang jelas..

Orang yang selalu ia sukai itu, berada di depannya, telah menjadi miliknya.

Keduanya tertawa pelan. Waktu-waktu yang lalu tampak bodoh jika diingat, karena mereka mencari satu sama lain.

“ aku harus berterima kasih pada Donghae Oppa,” gumam Hyeojin. Minho terbelalak saat nama Donghae disebut. Merasa malu karena belum terbiasa dengan suasana seperti ini, Hyeojin berdiri memunggungi Minho. “ Ya.. karena dia lah, yang menasihatiku macam-macam.”

Minho merasa tidak suka. Dia teringat barusan, Donghae mengulum bibirnya dan dia mendekatkan wajahnya ke Hyeojin, lalu –

Minho menggeram pelan. Sial.

Maka ia pun berdiri, menarik tangan Hyeojin hingga punggungnya bertubrukan dengan tubuh Minho. Tangan Minho melingkari leher Hyeojin dan memutar wajahnya, sehingga wajah keduanya berhadap-hadapan. Minho memejamkan mata, sementara Hyeojin tertegun saat wajah keduanya bertemu.

Saat mereka menjauh satu sama lain, tangan Hyeojin bergetar memegangi bibirnya. “ H-hei.. tunggu.. itu kan yang pertama untukku..”

“ untukku juga,” jawab Minho santai, namun dalam hati ia kesal, karena pada kenyataannya itu bukanlah yang pertama bagi Hyeojin sejak beberapa menit yang lalu.

Tapi ya sudahlah, toh Donghae mengulum bibirnya ini. Pasti hanya kulit di bawah hidungnya yang kena, batin Minho menghibur diri.

Akhirnya, dia berkata pada Hyeojin, membungkukkan badannya, mencium sekali lagi.

“ Yah..” gumam Minho sambil terkekeh pelan, “ lupakan saja soal pertama atau bukan.”

Malam itu, Hyeorin duduk di dalam apartemen Suae, bersandar di sofa sembari menonton tv. Tuan Putrinya kini sedang menangis kesal di kamar. Hyeorin tidak berniat untuk memotong acara menangisnya, jika boleh jujur.

Saat dia sedang fokus menonton tv, seseorang menelponnya. Tanpa melihat layar ponsel untuk melihat penelpon, Hyeorin mengangkat panggilan itu.

“ Halo?”

“ Hyeorin-ah.”

Heechul.

“ Ya?”

“ Bagaimana keadaan Suae?”

“ Hmm,” Hyeorin melirik ke kamar Suae, “ dia ikut mengejar Donghae dan Hyeojin di belakang wartawan itu, sebenarnya. Tahu-tahu, yah, terjadilah. Kau menjadi model pengantin perempuan itu, lalu Minho kembali dengan menggandeng tangan Hyeojin. Jadilah kini Suae menangis di dalam kamarnya. Besok kami akan kembali ke Shanghai. Dia tidak akan betah disini, sekarang.”

“ Kau tahu betul tentang dia.”

“ aku sudah bersamanya lama, bukan?”

“ begitu,” terdengar tawa dari seberang, “ bagaimana denganmu? Kenapa kau tiba-tiba membantu Minho dan Hyeojin?”

Hyeorin memiringkan kepalanya. “ kenapa, ya..”

Kurasa memang tidak ada alasan khusus.

“ karena mereka baik, hm? Aku hanya berpikir untuk membantu mereka, itu saja.”

“ lalu Suae? Dia itu segalanya untukmu, kan?”

“ Yah.. dia yang mengambilku dan aku menyukainya. Aku hidup untuk mendampinginya. Yang kulakukan sekarang pun untuk menyelamatkannya dari orang yang menyukai orang lain, bukan?”

“ dan..?”

Hyeorin menarik napas. “ dia akan baik-baik saja. Dia hanya butuh beberapa hari untuk tenang. Dia memilikiku, jadi kau bisa jamin Suae akan muncul lagi dengan tingkah angkuhnya.”

Heechul tertawa lagi. “ apapun itu, aku bangga padamu. Kau telah melakukan hal yang benar. Sebenarnya selama ini aku khawatir padamu dengan Suae, tapi kurasa tidak seburuk itu.”

“ memang tidak,” jawab Hyeorin, “ dia sesungguhnya punya sisi baik.”

“ apa itu?”

Tanpa sadar, Hyeorin tersenyum. “ dia menolongku delapan tahun yang lalu, dia menyukai Minho dengan sungguh-sungguh, dan dia sekarang menangisi patah hatinya. Percayalah, aku mengetahuinya lebih baik dari siapapun.”

Jihwa menunggu Donghae di gedung SM, merasa was-was. Donghae menyuruhnya membawa Heechul agar bisa menggantikan posisi Hyeojin, Seunghee karena dia bisa mendesak Heechul dan Minho supaya cepat.

Namun apa yang dilakukan Minho? Jihwa bertanya-tanya dalam hati.

Donghae juga belum kunjung menampakkan dirinya.

Tetapi kekhawatiran itu terhenti ketika Lee Donghae muncul. Jihwa langsung berhambur mendekati Donghae. “ Oppa!”

Donghae mengangkat wajahnya saat namanya dipanggil. “ Jihwa-yah.”

“ Bagaimana tadi?”

Donghae mengacungkan jarinya, menjelaskan,

“ jadi kau tahu ketika kami dicegat oleh puluhan wartawan yang sepertinya dipanggil Song Juhan – wartawan yang membuat artikel skandal itu – dan mereka mengelilingiku. Juhan berhasil mengejarku dan dia sudah siap menanya-nanyai kami. Namun saat ‘model pengantin perempuan’ memperlihatkan wajahnya, mereka semua seperti nyaris pingsan. Heechul hyung dengan gaun dan dandanan super cantik.”

Jihwa menahan geli. “ Lalu?”

“ Tentu saja itu menimbulkan impact yang cukup menohok bagi Juhan yang dicap membohongi mereka, membuat artikel yang mengada-ada. Pada intinya aku menang, Juhan sendiri pulang ngeloyor begitu seperti kehilangan hidupnya,” jelas Donghae panjang lebar, “ yah, kurasa aman untuk sementara ini.”

“ oh.” Kemudian Jihwa menyadari sesuatu, “ mana Hyeojin?”

Raut wajah Donghae pun berubah. Dia terdiam sejenak, dan tersenyum tipis. “ dia sudah bersama Minho sekarang.”

Kalimat Donghae memang sederhana, namun Jihwa bisa menangkap maksudnya. Jihwa merasa bersalah karena dia juga telah melapor pada Minho, tetapi apa boleh buat?

Perasaan tidak boleh dipaksakan.

Akan tetapi sekarang kesampingkan segala perasaan bersalah itu, Jihwa kini lebih mempedulikan perasaan Donghae. “ lalu bagaimana denganmu?”

Donghae mendesah. “ Aku membahagiakan Hyeojin, pada akhirnya, dengan caraku sendiri.”

“ Kau menyatakankah, perasaanmu?”

“ Aku bilang aku sedikit menyukainya.”

Jihwa memperlihatkan ekspresi tidak nyaman. “ Tapi kan tidak sedikit, kenyataannya.”

“ aku tahu.”

Dia bilang dia juga sedikit menyukaiku.

Mungkin sebenarnya ini masalah waktu.

Andai aku bertemu dengannya lebih cepat, pasti dia akan menyukaiku lebih dahulu.

“ tapi, Jihwa-yah,” lanjut Donghae, “ aku tidak menyesal.”

Jihwa menghela napas panjang, tersenyum. “ Begitu, ya.”

Donghae menganguk. Dia memegangi bagian kaus yang menempel di dadanya. “ Mungkin aku patah hati. Ah, ini buruk.”

Jihwa memikirkan sesuatu, dan akhirnya berkata dengan sedikit keberaniannya, “ bagus, kan?”

“ hah?” Donghae menyatukan alisnya. Jihwa memasukkan kedua tangannya di saku celana.

“ Karena jika kau patah hati, maka serpihan itu akan diambil oleh Dewa Pemungut untuk disatukan lagi..” kata Jihwa, diam-diam melirik Donghae sambil menyeringai, “ dan Dewa itu adalah aku.”

Sayang, Donghae terlihat clueless. “ Hah?”

Jihwa memutar bola matanya, pasrah. “ Sudahlah.”

Comments on: "Because I Really Love You – Part 23" (29)

  1. Minho hyeojin akhirnyaaaa 😀 😀

    Go Jihwa Go Jihwa Go~! XD
    tinggal Jihwa nih mesti brjuang \m/
    saluuut sm hae ❤

    Good Job ms.author 😀

  2. pingin ngejitak suae deh -_-
    nice ff, author xD

  3. keereeeeeen.. yang jihwa-donghae panjangin lagi dong ceritanyaaaa.. terus seunghee-kyu juga panjangin ceritanyaaa..

    akhirnya, minho nyadar jugaaa.. coba kalo aku jadi adeknya minho, aku jitak dah tu anak gara2 kepolosannya yg mncapai stadium akhir.. XP

    • nanti khusus jihwa-donghae ada dua jatah chapter & seunghee-kyu ada porsinya kok xD

      iya akhirnya ya. aku bikin karakter sama ceritanya gedek juga ga selese2 lol tapi akhirnya selese yeeeey xD

      • yess.. jihae (jihwa-donghae) juga masih ada? waaaw.. tapi, jgn nggantung ya endingnya *author: suka suka dong*.. aku rada’ ga suka ending nggantung, soalnya.. ehehe..

      • masih ada dong lol jadi khusus jihwa donghae emang disisain 2chapter, 24 sama 25 (tamat) terus nanti ada bonus cerita seunghee-kyuhyun. ngga bakal gantung juga, nanti aku ditabokin sama karakter aslinya lol. fic ini awalnya just for fun, eh malah manjang gini gara2 ada tokoh suae-hyeorin =.=

        tamatnya diusahain sangat clear 8D

  4. SINTING! ini chapter yg paling gila! gw ga bisa berkata apa-apa. ga bisa!!! super duper sinting. dan, mari tepuk tangan buat jihwa. salut minta ampun! ahra!!

    • Hoho 8D sinting = akibat ngejar nyelesein satu chapter sampe jam setengah 2 malem = entah apa jadinya ihiy.

      ohoho terima kasih, jadi malu hehe ><

  5. Ah finally~ :3
    Hae~~ apa yg kau lakukan tadiii ? *poke2* xp
    Yap! Really nice XD
    Waiting for jihwa and seunghee omg with kyu ! XD

    • yes. finally ^______________________^

      ngapain ya donghae ahahaha xD

      iya liat aja lah pkknya, dijamin happy ending kok, kalo ga ditabokin beneran xD

  6. Bahkan dia terjatuh karena benda tidak nyata, demi Tuhan. <– gak ngerti bagian ini ._.

  7. mantabb ni part!

    lanjutin jgn0lma2…..n_n

  8. aku ketinggalan >,<
    tidaaak !
    *lebay*
    ini udah the end blom onn?
    mantepp ^^b

  9. Part 24, 25 masih on-writing kah? Aku uda ga sabarrr.

  10. HwangChanChan said:

    Minho kalah cpet dgn donghae wkwkwk. 😀
    wlpun ptah hati,ttep msh ad ji Hwa~
    ak dkung JiHae 🙂

  11. Kamsahamnida~~! kamsahamnida~~! *berasa author*//plaaakk//

    YES! Jihwa! Yeeeeessss!!! JIHAE, yesssss!!

    ahra, aku kan selalu mendukungmu. apapun yang mau kau lakukan.
    TERSERAH! yang penting aku dukung kamu!!!

    daaan, makasih buat Ahra yang sudah dengan suka rela menulis:

    “merusak semua barang elektronik, nyaris meledakkannya, dan dia tersandung atau terantuk dimana-mana.

    Bahkan dia terjatuh karena benda tidak nyata,”

    terima kasih karena telah mengungkapkan sesuatu yang teramat besar yang selama ini disembunyikan..terimakasih…*bow*

    pokoknya terus dengan impian lo ya..gue dukung kok pasti.
    buat sekarang, ato masa depan. FIGHT buat Ahra yang sedang serius mengenai hidup akademisnya!!

    p.s sering-sering cari waktu buat santai ya. diamana aja deh. nongkrong diatas genteng juga boleh, asal lo merasa tenang. gue khawatir, bagian bawah mata lo mulai gelap soalnya. kantung mata tuh..

    • iya iya makasih buset dah ini anak hahaha iya sama-sama. seneng nih ye ada couple baru namanya jihae.

      iya dong disini kan mayoritas sifat dan kebiasaan karakternya diambil dari kisah nyata. kecuali park seunghee. yang sama cuma sifat ngomelnya aja XD dan yah termasuk kebiasaan ngerusak barang itu 8D

      asoooy dah hahaha iya im counting on my luck sekarang with my grade idek ._.

      sipsip gue cuma kurang tidur kok. iya namanya juga author yang sering dikejar deadline ._.

  12. joannataemints said:

    Maaf baru bisa komen…tapi aku readers setia loh,,dari part 1…Keren..keren..hahaha akhirnya minho dan hyeojin…walau first kiss hyeojin diambil donghae

  13. Ooohhh…bagus bnget ceritax ditunggu kelanjutanx ya

  14. Choi hye"rynryn"kyo said:

    Akhirnya minho yg rada lemot*di tabok fansnya minho*itu bisa ngerti juga….hehe…lucu banget pas ngebayangin hae boncengin heechul pake gaun penganting…hahaha…..part selanjutnya jangan kelamaan yah author…..hehe….anneyong…

  15. eh? first kiss hyeojin ama dong hae? yah…reader kecewa…tp gpplah, first night sih kudu ama minho *plak 😀
    yeah, akhirnya ga ada pengganggu lagi~~~
    really nice ff, ahra ssi 🙂

Leave a reply to choi ahra Cancel reply