By : Nino
Ini kisahku waktu aku masih berumur 8 tahun . Kisah yang sungguh mengesankan bagiku . Entah kenapa, kisah ini hadir kembali ke ingatanku setelah aku melupakannya sampai 7 tahun . Dan mungkin ingatan ini akan hilang kembali saat aku menutup mataku dan tertidur lelap dalam mimpiku yang indah .
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Waktu itu aku pergi ke tempat nenekku di daerah GangNam untuk menginap disana, dan setibanya di tempat nenekku aku bernostalgia dengan sepupu-sepupuku . Kami bermain dan bersuka cita . Kami bermain tanpa lelah dan tidak mengenal waktu, sampai ibu-ibu kami mengomeli kami untuk beristirahat . Dan ketika siang hari, ketika para sepupuku tertidur, tiba-tiba muncul niat isengku untuk berjalan-jalan di sekitar daerah tempat nenekku . Dan saat aku ingin pulang, tiba-tiba aku lupa jalan ke rumah nenek . Aku tersesat . Aku pun menangis sejadi-jadinya . Aku terus berjalan di daerah yang tidak kuketahui . Tiba-tiba langkahku terhenti melihat sebuah rumah bergaya Belanda yang mewah . Namun, rumah itu terasa sepi, tidak berpenghuni . Kulihat ada sedikit kerusakan di bagian-bagian rumah itu . Sepertinya rumah itu sudah lama tidak ditempati . Tiba-tiba mataku tertuju kepada seorang anak laki-laki yang sebaya denganku sedang bermain bola di teras rumah itu . Dan dia melihat ke arahku . Kemudian dia tersenyum dan mengisyaratkan padaku untuk bermain dengannya . Aku pun tanpa sadar mengikuti ajakannya . Aku memberanikan diri untuk berkenalan dengannya .
“Annyeong ! chonun Yoon Ha Ra ! Ha Ra-imnida !” sapaku ramah sambil menengadahkan tanganku . Dia tersenyum dan membalas jabatan tanganku sambil berkata,
“Kim Kyoung Jae,” sahutnya pelan . Setelah itu, kami bermain sepuasnya, dan kami pun asyik mengobrol banyak hal .
“Rumahmu bagus ya !” pujiku . Lagi-lagi dia tersenyum . Aku bahkan lupa bahwa tadinya aku tersesat .
“Ng … ngomong-ngomong, umma – appa-mu mana ?” tanyaku . Tiba-tiba dia terdiam . Wajahnya langsung berubah murung . Cukup lama kami terdiam dan akhirnya dia menjawab,
“Umma … appa … meninggal … karena kecelakaan … lima tahun lalu …,” ucapnya sambil terisak . Dia menunduk . Aku terkejut . Kulihat butiran air mata keluar dari matanya yang bulat . Aku hanya diam . Ingin rasanya aku memeluknya untuk menenangkan hatinya .
“Ng … mi … mianhae, Kyoung Jae-shii,” sahutku tidak enak . Tanpa sengaja aku mengelus-elus rambutnya karena rasa iba-ku . Kasihan, masih kecil begini sudah ditinggal orangtuanya, gumamku . Tiba-tiba dia menengadahkan kepalanya dan menatapku . Lama . Aku tak sadar bahwa saat itu wajahku memerah karena malu . Kulepaskan belaian tanganku dan menoleh ke arah lain . Kudengar dia tertawa kecil .
“Kamu lucu ya, Ha Ra-shii,” ucapnya yang membuat mukaku semakin merah .
“Hmm … Ha Ra-shii,” panggilnya . Aku menoleh .
“Kita … bisa ‘kan jadi sahabat … ?” ujarnya pelan . Aku hanya tertawa mendengar ucapannya .
“Tentu saja !” kataku senang . Dia tersenyum lagi . Tiba-tiba hari sudah beranjak sore . Aku harus pulang ke rumah !
“Ah, mianhae Jae-Jae ! Aku harus pulang sekarang, sudah sore !” kataku beranjak . Matanya mengernyit .
“Jae-Jae ?” ucapnya heran . Aku hanya nyengir .
“Ya ! Mulai sekarang aku panggil kamu Jae-Jae aja, ya ! Annyeong Jae-Jaeeeee ~ !” kataku sambil berlari dari tempat itu . Dari jauh kulihat dia tersenyum . Senyum yang sedikit berbeda . Senyum yang sangat bahagia . Aku pun begitu . Dan tanpa kusadari, aku terus berlari dan tiba-tiba aku terkejut . Lho ? Kok ? Aku sudah sampai ya di rumah nenek ? Bukannya tadi aku tersesat ? Gumamku heran . Kulihat wajah ibuku yang cemas dan berlari memelukku .
“Kamu kemana aja, sayang ? Umma khawatir sekali !” ucap ibuku .
“Ah, aku nggak apa-apa kok, umma ! Aku tadi cuma jalan-jalan kok di daerah sini !” kataku menenangkan ibu .
“Kamu ini … buat orang cemas aja … ! Ayo masuk, mandi dulu ya !” kata ibuku .
—————————————-
Entah kenapa, sejak saat itu aku terus memikirkan sahabat baruku itu . Dia anak yang pendiam . Dia tidak banyak bicara . Tapi aku tahu hatinya baik . Dan menurutku, dia orangnya cakep banget ! Hehehe, gumamku .
Sebenarnya nama aslinya Alberto Richie Lucas, tapi karena dia sudah menetap di Korea, namanya adalah Kim Kyoung Jae . Hm, dia itu anak tunggal dari orangtuanya yang kaya-raya . Ayahnya seorang pemilik perusahaan besar terkemuka di Korea, sedangkan ibunya menjabat sebagai manajer di perusahaan ayahnya . Dia keturunan Korea-Inggris-Jerman . Dan satu hal yang membuatku sedih, orangtuanya yang meninggal lima tahun lalu karena kecelakaan . Kecelakaan yang cukup tragis . Dan nyawa kedua orang tercintanya itu terenggut saat dia masih berumur 3 tahun . Yah, aku bisa merasakan kesedihan yang dia rasakan seandainya aku jadi dia . Dia pasti kesepian, pikirku . Tiba-tiba ibuku bergumam membuyarkan lamunanku,
“Tidurlah, nak ! Hari sudah malam,” kata ibuku . Aku mengangguk dan memejamkan mataku sambil berkata dalam hati bahwa besok aku akan mengunjungi sahabat baruku itu lagi .
————————————-
Esok harinya, aku pergi diam-diam dari rumah saat ibuku sedang sibuk, untuk segera mengunjungi Jae-Jae . Tapi … yah ! Aku lupa arah rumahnya dimana ! Huuuh, gimana aku mau main sama dia ? Keluhku dalam hati . Tapi entah kenapa tiba-tiba kakiku tergerak begitu saja untuk pergi ke tempat itu . Aku sangat heran dengan keadaan ini . Dan anehnya, aku telah tiba disana tanpa tersesat ! Dan kulihat Jae-Jae telah menungguku sambil memegang bola kesayangannya . Dan lagi-lagi tanpa kuingin kakiku bergerak sendiri ke arah Jae-Jae berdiri .
“Kita masuk aja yuk, Ha Ra-shii ! Sebentar lagi mau hujan,” ajaknya . Hujan ? Tapi langit saat itu sedang cerah-cerahnya . Kok bisa-bisanya dia bilang kayak gitu ? pikirku . Dan benar, ketika kami masuk, tiba-tiba petir menggelegar, membuatku menjerit . Jae-Jae memelukku . Aku diam . Dan di luar rupanya turun hujan yang deras . Jae-Jae melepas pelukannya .
“Mianhae, Ha Ra-shii . Kamu … takut petir, ‘kan ?” ujarnya yang membuatku terkejut . Kok dia bisa tahu kalau aku takut petir ? Gumamku heran .
“Hm … kita ke ruang tengah aja, yuk,” ajaknya . Aku mengangguk . Aku selalu berdecak kagum tiap kali melihat interior rumahnya yang unik . Dan benda-benda didalam rumahnya kelihatan sudah sangat tua . Meskipun begitu, rumahnya kelihatan rapi, tak ada debu sedikitpun yang meliputi setiap perabotannya yang mahal .
“Ngomong-ngomong, kau tinggal dengan siapa di rumah ?” tanyaku spontan .
“Sendirian,” jawabnya singkat . Mwo ? Sendirian katanya ? Di rumah sebesar ini ? pikirku .
“Kau … tidak kesepian ?” tanyaku . Dia hanya diam .
“Tidak,” jawabnya singkat . Aku mengernyit .
“Hah ? Chongmal ? Di rumah sebesar ini … kau sendirian … tapi … kau tidak kesepian … ?” ujarku heran .
“Yah … semenjak ada kau … aku tidak kesepian lagi,” ujar Jae-Jae sambil tersenyum penuh arti . Aku cuma nyengir .
“Ha Ra-shii,” ujarnya memanggil . Aku menoleh .
“Oh, wae yo ?” tanyaku . Tiba-tiba dia terdiam cukup lama . Aku jadi agak bingung melihat tingkahnya .
“Kau … apa … kau tidak merasa takut … didekatku ?” tanyanya . Aku melongo dan tertawa .
“Kenapa harus takut ? Aku tahu kau bukan orang jahat, Jae-Jae . Kau sahabatku !” ujarku senang . Dia diam dan kemudian tersenyum kecil .
“Hei, Jae-Jae ! Nanti kamu mau nggak main ke rumah nenekku ? Rumahnya di dekat sini kok ! Ntar kita main sama sepupu-sepupuku ! Mau ya ?” ajakku . Dia menggeleng .
“Tidak … aku tidak bisa …,” ucapnya . Aku mengernyit .
“Lho, kenapa ? Di rumah nenekku asyik lho ! Ntar kamu aku kenalin sama sepupu-sepupuku, kita bisa main, mancing di kolam, makan kue buatan nenekku, kue buatan nenekku enak lho ! Ntar kamu juga bisa cicipin ! Ayolah, Jae-Jae …,” jelasku panjang lebar . Dia hanya diam dan memandangku dengan mata yang sendu .
“Aku … aku tetap tidak bisa, Ha Ra-shii … mianhae …,” ujarnya .
“Lho, memangnya kenapa … ? Kasihan … kalau kau terus sendirian begini, Jae-Jae … kenapa kau tidak bisa … ?” tanyaku heran . Dia menunduk .
“Aku … tidak akan bisa berkomunikasi dengan sepupu-sepupu atau orang-orang yang ada di rumah nenekmu,” jawabnya pelan . Aku menjadi semakin bingung mendengar jawabannya .
“Aku … bukanlah orang yang sama seperti kalian …,” ujarnya lagi .
“Kau … apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Jae-Jae … ?” ucapku akhirnya . Tiba-tiba dia terperanjat dan tertawa polos .
“Ah ! Haha, tadi barusan aku bilang apa sih ? Ahaha, udah ah, ayo main lagi Ha Ra-shii !” ucap Jae-Jae . Aku hanya mengangkat bahu dan menyambut ajakannya .
Dan aku selalu tidak menyadari bahwa aku selalu lupa akan jalan pulang . Dan ada satu hal yang selalu membuatku bingung . Aku selalu bisa datang ke rumahnya dan pulang tanpa tersesat . Dia selalu bisa membaca pikiranku . Hari ini pun aku telah dibuatnya heran dengan omongannya yang mengatakan bahwa ‘dia tidak sama seperti kami’ . Dan yang terakhir, ada satu pertanyaan yang terus berkelebat dalam benakku .
Siapa Jae-Jae sebenarnya ?
—————————————-
Esoknya aku berniat mengunjunginya lagi dan berkeinginan untuk menanyakan hal yang ingin aku ketahui darinya . Seperti biasa kakiku berlari dengan sendirinya dan mendatangi rumah itu . Tapi ketika aku memasuki rumah itu, aku merasakan suatu keanehan .
Tidak ada sosok Jae-Jae disana .
Dan seketika perasaan takut bercampur gelisah menghampiriku .
Tapi aku tetap memberanikan diri mencari Jae-Jae .
“Jae-Jae ? Dimana kau ?” panggilku . Aku terus menyusuri ruangan di rumahnya yang luas . Namun aku tetap tidak menemukan sosok Jae-Jae . Dan saat itu aku merasakan sesuatu yang tidak enak . Sangat tidak enak .
Dan betapa terkejutnya aku saat melihat seorang anak laki-laki yang tengah memegang pisau belati dengan tatapan menyeramkannya yang seolah-olah hendak membunuhku . Ketakutanku semakin menjadi saat aku sadar dia berjalan ke arahku dan mengacungkan belatinya itu . Spontan aku berteriak sambil memegangi kepala dengan kedua tanganku dan menunduk .
“ANDWAEEEEEEEEEEEEEEEE !!”
Dan seketika suasana menjadi hening . Tak lama kemudian, setelah aku menengadahkan kepalaku, aku telah mendapati dirinya terdiam dan saat itu pun belati tajam itu terjatuh dari tangannya . Tanpa basa-basi aku langsung berlari menghampirinya .
“Jae-Jae ?! Kau tidak apa-apa ‘kan ?! Ada apa denganmu, Jae-Jae ?!” ujarku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya . Wajahnya terlihat sangat pucat . Aku jadi sangat khawatir melihat keadaannya saat itu .
“A … aku … ugh ! aaargh … !” ucap Jae-Jae . Aku tersentak saat dia merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya . Ini benar-benar aneh . Apa yang sudah terjadi ? Batinku cemas .
“Jae-Jae … kumohon … ada apa sebenarnya … ? Kenapa kau jadi begini … ? Kumohon, jangan buat aku jadi sedih …,” kataku sambil terisak dan memeluknya . Dia masih merintih kesakitan dan sesaat kemudian dia menarik napas seperti orang yang kelelahan .
“Ha … Ha Ra-shii …,” ucapnya pelan .
“Wae … ? Wae yo, Jae-Jae ?” kataku segera dan melepas pelukanku agar dia bisa lebih tenang . Dia masih terdiam dan sesaat kemudian dia membuka mulut .
“A … aku … minta maaf … kalau … selama ini … aku … telah menyembunyikan sesuatu darimu … karena … jika aku beritahu … kau … pasti akan merasa sedih …,” ucapnya terbata-bata .
“Gwenchana, Jae-Jae … tapi … sesuatu itu … apa sebenarnya … ?” kataku penasaran . Inilah saatnya, batinku dalam hati . Rahasia sahabatku ini akan terungkap sekarang . Dia terdiam sejenak dan kemudian menghela napas sambil tetap memegangi kepalanya .
“Rumah ini … sebenarnya … telah dinaungi oleh roh jahat, Ha Ra-shii … aku mengetahuinya … saat appa dan umma-ku meninggal … saat itu … nenekku yang menjagaku, dan beliau bilang hati-hatilah kepada ‘penghuni’ rumah ini … dan jangan sampai ada seorang pun yang membuka ruang rahasia yang ada disini … karena … ruang itu adalah sarang iblis … dan ruang itulah yang merupakan penyebab kedua orangtuaku meninggal … aku benar-benar terkejut, Ha Ra-shii … saat itu aku benar-benar tidak mampu untuk berpikir … aku … benar-benar tidak percaya … aku mengira … saat itu orangtuaku meninggal karena kecelakaan … tapi … ternyata ucapan nenekku benar, orangtuaku meninggal … setelah … mereka berdua tidak sengaja memasuki ruangan itu … dan kukira … saat itu … mereka masih hidup … tapi ternyata … dua tubuh yang kusangka kedua orangtuaku itu rupanya … adalah … iblis yang telah membunuh mereka berdua dan memasuki jasad mereka … Ha Ra-shii … aku benar-benar tidak sanggup …,” ujarnya panjang lebar dan saat mengakhiri kalimatnya aku melihat setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya . Aku benar-benar tidak menyangka . Aku terkejut bukan main . Ternyata rumah ini memang mengandung misteri . Misteri yang sangat mengerikan .
“Dan tidak lama setelah kedua orangtuaku meninggal … aku mendengar kabar bahwa saat itu pun nenekku tewas akibat memasuki ruangan itu . Dan sebelumnya dia telah berpesan padaku bahwa dia akan memusnahkan para iblis itu dan dia telah rela jika nyawanya akan melayang . Aku benar-benar sedih . Perasaanku benar-benar tidak menentu saat itu … dan … saat itu … rasa keingintahuanku atas ruangan terlarang itu pun semakin membesar dan … akhirnya … aku pun … memasuki … ruangan itu … dan …,” ucapnya terputus . Aku terkesiap .
“Dan … apa ? Apa yang terjadi Jae-Jae ?” kataku memaksa . Dia menatapku tajam dan membuang muka . Aku terdiam . Aku benar-benar ingin tahu apa yang sudah membuatmu jadi begini, Jae-Jae … kumohon, katakan padaku … ucapku dalam hati .
“Dan … aku … merasa … saat itu … akal pikirku telah hilang … aku merasa … melayang … di tempat yang luas … dan kemudian … aku … tergoda … aku tergoda untuk mengetahui ruangan itu lebih dalam lagi … aku benar-benar ingin tahu apakah sesuatu yang ada didalam ruangan itu hingga membuatku jadi seperti ini … dan ternyata … ternyata … sesuatu itu …,” ujarnya . Aku menjadi semakin penasaran . Dan seketika dia menatapku tajam . Aku terkesiap .
“Kau … ingin tahu … apa sesuatu itu … Ha Ra-shii ?” katanya pelan . Aku, tentu saja mengangguk . Dan sesaat kemudian dia tertawa . Namun bukan tertawa yang bersahabat seperti biasa . Melainkan tertawa yang aneh . Licik dan menyeramkan . Aku pun seketika merasa takut dan berjalan menjauh darinya .
“Hahahaha, kau kenapa Ha Ra-shii ? Kau takut hah ? Hahahahaha !!” ujarnya meremehkanku . Aku terkejut . Oh Tuhan … sebenarnya apa yang sedang terjadi … ? Batinku . Tanpa sadar aku pun mengeluarkan air mata . Aku benar-benar sedih . Aku hanya bisa diam melihatnya yang kukira sudah terjerat oleh iblis itu . Ya, aku tahu sekarang . Iblis yang ada dalam rumah ini adalah iblis perayu jiwa manusia . Aku menyadari bahwa iblis itu telah mempengaruhi seisi rumah itu untuk mengetahui keberadaan dirinya . Meski aku tidak tahu bagaimana bentuknya dan sejak kapan dia berada dalam ruangan terlarang itu, tapi aku tahu … bahwa … saat ini … iblis itu pun telah merebut jiwa Jae-Jae . Iblis itu telah berhasil menggoda hatinya untuk memasuki ruang terlarang itu … dan akhirnya …
Aku benar-benar tidak sadar bahwa saat itu air mataku jatuh begitu saja memenuhi kedua pelupuk mataku . Aku terus menatap Jae-Jae yang sekarang mungkin telah terpengaruh ‘ajakan’ iblis itu dengan perasaan sedih . Aku benar-benar tidak menyangka jika semuanya akan menjadi seperti ini . Aku hanya bisa diam . Mematung . Dan terus mengalirkan air mata melihat keadaan yang sangat memilukan ini .
Dan ketika Jae-Jae melihatku, tiba-tiba dia terdiam . Cukup lama . Dan kemudian dia kembali meronta kesakitan . Sakit yang amat sangat mungkin . Aku tahu bahwa dalam hatinya dia memberontak dengan iblis itu dan memaksa iblis itu untuk keluar . “UAAAAARRRRGH ~ !!” teriaknya . Namun aku tetap diam . Aku tidak bisa bergerak . Entah kenapa rasanya saat itu tubuhku benar-benar terkunci . Dan pandanganku seolah-olah kosong .
Dan sesaat kemudian aku pun tersadar dan berlari menghampirinya saat dia sudah terjatuh ke lantai . Tergolek tak berdaya .
“Jae-Jae … bangun Jae-Jae … kumohon … bangun Jae-Jae !! Kumohon, Jae-Jae … JANGAN MATI !!” teriakku sambil mengguncang-guncang bahunya . Wajahnya saat itu benar-benar pucat . Beberapa menit kemudian, matanya pun terbuka dan saat itu dia melihatku yang sudah bercucuran air mata . Dia tersenyum kecil . Dan kurasakan tangannya bergerak ke arah wajahku dan membelai pipiku .
“Ha … Ha Ra-shii …,” ujarnya pelan . Tangisku semakin menjadi dan jari-jemarinya saat itu menghapus setiap air mata yang keluar dari mataku .
“Ma … maaf … aku … telah mengagetkanmu … tadi …” katanya lirih . Aku menggeleng .
“Tidak, Jae-Jae … kau tidak perlu minta maaf … semua ini terjadi karena ulah iblis itu … kalau saja iblis itu tidak bersemayam disini … tidak mungkin … hiks …” ujarku dan tidak sanggup untuk meneruskannya . Dia tetap tersenyum .
“Tidak, Ha Ra-shii … semua ini terjadi akibat kesalahanku … jika saat itu aku tidak menuruti nafsuku untuk memasuki ruangan itu, mungkin aku tidak akan seperti ini … tapi … kau tenang saja … aku … telah siap menerima segala resikonya, Ha Ra-shii … mati pun aku terima agar iblis itu dapat musnah dari rumah ini …” katanya pelan .
“Tidak, Jae-Jae, aku sangat tidak mau kau mati . Aku tidak bisa, Jae-Jae … AKU TIDAK MAU KALAU KAU MATI ! JANGAN BICARA BAHWA SEOLAH-OLAH KAU AKAN MATI SEPERTI INI, JAE-JAE … !!” teriakku tak kuasa .
“Tidak, Ha Ra-shii … aku tahu bahwa ini akan terjadi … aku pun merasa bahwa hidupku sudah tak akan lama lagi … aku tahu … sejak awal, iblis itu memang mengincarku … dia ingin mengincar jiwaku yang murni … jiwaku yang baginya dapat memanjangkan umurnya … dan jika aku telah terpengaruh olehnya … maka … tubuh kami akan bersatu … dan kemungkinan yang pasti terjadi … jika aku hidup, maka dia akan tetap hidup, dan jika aku mati … maka dia pun akan mati … untuk selama-lamanya … dan saat ini … kau pun telah menyelamatkan aku, Ha Ra-shii … kamsahamnida … karena … saat aku melihatmu menangis … entah kenapa … aku merasa tersentuh … aku merasa … air matamu … telah meluluhkan aku, dan … aku berhasil menyingkirkan dia … dari tubuhku … dan aku berhasil … membawanya pergi dari tempat ini … untuk selama-lamanya …” katanya lirih . Aku tak sanggup berkata-kata lagi saat dia melanjutkan pembicaraannya .
“Dan … dengan perginya iblis itu … aku pun … juga akan pergi, Ha Ra-shii … maafkan aku …” ucapnya . Aku tersentak . Ya Tuhan …
“Terima kasih, Ha Ra-shii … terima kasih atas kesediaanmu menjadi sahabatku dalam waktuku yang sedikit ini … aku benar-benar berterima kasih … karena kau … telah menyelamatkan aku dari penderitaanku … kau telah mau bersamaku … bersama manusia-iblis ini … tanpa ragu … aku tahu … perasaanmu begitu tulus … dan aku … benar-benar merasa bahagia … bisa bertemu denganmu …” ucap Jae-Jae . Ya Tuhan, aku tidak sanggup mendengar omongannya lagi . Aku benar-benar tidak sanggup jika akhirnya akan jadi seperti ini … gumamku .
“Ah … aku teringat sesuatu, Ha Ra-shii . Sebelum aku pergi, aku akan memberitahu sesuatu untukmu … sesuatu yang mungkin … membuatmu selalu bingung … dan terheran-heran sendiri … bukankah … kau datang kesini untuk itu … ya, kan … ?” kata Jae-Jae sambil menatapku teduh . Yah, aku tahu dia selalu bisa membaca pikiranku, batinku . Sejenak dia terdiam dan beberapa menit kemudian dia mulai bicara .
“Itu semua terjadi karena aku mempunyai kekuatan, Ha Ra-shii … aku memiliki suatu kekuatan batin yang mungkin tidak dimiliki oleh manusia biasa … dan … dengan kekuatan itulah … aku mampu membaca pikiranmu … aku mampu ‘memanggilmu’ untuk datang kesini … dan aku mampu ‘memberitahu hatimu’ ke mana jalan pulang tanpa tersesat … dan aku mampu membaca situasi yang akan terjadi di masa datang … berkat kekuatan itu …” jelasnya panjang lebar . Aku terdiam mendengar penjelasannya . Mungkinkah … dia seorang peramal … ? batinku .
“Dan … kekuatan inilah yang akhirnya membawaku pada kematian … iblis ingin merebutnya dariku dan aku pun mengikuti ajakannya … jiwaku masih lemah … aku masih kecil … tapi aku sudah tahu … kalau akhirnya akan seperti ini … dan aku pun sudah siap menerima segala resikonya … walau harus mati …” ujarnya terbata-bata . Kurasakan nafasnya semakin melemah dan detak jantungnya semakin lambat . Aku menangis lagi .
“Jae-Jae … aku tidak rela kalau kau harus mati … kenapa … ? Kita baru saja bertemu, Jae-Jae … kita baru saja menjadi sahabat … dan bersenang-senang bersama … tapi … kenapa … ? Kenapa kau harus pergi secepat ini … ? Kenapa aku harus kehilangan sahabat yang sangat kusayangi di saat-saat seperti ini … ?” kataku lemah sambil terus menangis . Jae-Jae hanya diam dan kemudian dia menatapku teduh, meraih wajahku dan mendekatkannya dengan wajahnya hingga dia berkata :
“Aku juga tidak ingin berpisah denganmu, Ha Ra-shii . Dan sekarang aku ingin kau tahu bahwa aku sudah menyukaimu saat melihatmu pertama kali di depan rumahku … saat itu … aku melihat ada suatu kelembutan yang ada dalam dirimu … yang membuatku kagum … hingga saat ini …” katanya pelan . Aku tersentak . Sementara itu dia terus menatapku lembut dan tersenyum .
“Aku … sangat menyukaimu, Ha Ra-shii …” bisiknya dan saat itu aku merasa bahwa dunia sudah berputar saat aku merasakan sentuhan bibirnya yang lembut mengenai bibirku . Aku tidak bisa bergerak saat itu dan sesaat kemudian dia melepaskannya dan tersenyum lagi . Senyum yang terakhir kali akan kujumpai …
“Ini adalah rahasia di antara kita berdua, Ha Ra-shii … dan saat aku pergi, kau mungkin akan melupakan semua kejadian ini … semua kenangan kita … yang telah terjadi selama 3 hari ini …” ucap Jae-Jae . Aku tertegun .
“Selamat tinggal, Ha Ra-shii . Terima kasih atas semuanya … aku … cinta kau, Yoon Ha Ra-ku …” ucap Jae-Jae . Dan saat dia mulai memejamkan matanya, aku tahu bahwa dia telah pergi meninggalkanku, untuk selama-lamanya . Aku pun tak kuasa menahan tangis dan berteriak sekencang-kencangnya di tempat yang hening itu .
“JAE-JAEEEEEEEEEEEEEEEEE !!!”
Sesaat kemudian, aku benar-benar merasa lelah akibat menangis, pandanganku kosong dan pikiranku melayang, dan saat itu aku tak sadarkan diri dan terjatuh limbung sambil memeluk Jae-Jae ***
“Ha Ra-ya ? Ha Ra-ya ?”
Aku terkesiap . Rasanya … suara ini … sangat kukenal … batinku .
“Ha Ra-ya ? Bangun sayang … ini sudah pagi ! Kita kan hari ini mau pulang dari rumah nenek !”
I … ibu … ? gumamku . Dan saat aku membuka mata, aku mendapati ibuku yang sedang membangunkanku . Aku berusaha mengangkat tubuhku yang seakan tidak mau lepas dari tempat tidur . Tiba-tiba aku terperanjat . Aku merasa ada sesuatu yang terlupakan . Sesuatu yang sangat penting . Tapi … apa ?
“Ha Ra-yaaaaaa ~ bangun dooong ! Ayo, mandi ! Siap-siap ! Kita mau pulang !” seru ibuku yang saat itu sibuk membereskan baju-bajuku dan aku pun dengan malas berangkat dari tempat tidur dan bergegas mandi .
“Iya ummaaaaa,” sahutku .
Setelah selesai beres-beres dan sarapan, aku dan ibuku pun berpamitan kepada nenek dan sepupuku .
“Kami pulang yaaaaaa !” seruku semangat .
“Iyaaa ! Nanti kapan-kapan kita main lagi yaaa, Ha Ra-shii ~ !” ujar sepupuku dari jauh . Aku dan ibuku tersenyum dari jauh dan melambaikan tangan dan kami pun berjalan pulang .
Dan saat kami berdua akan menuju ke halte bus, tiba-tiba aku melihat sebuah rumah bergaya Belanda yang mewah dan kulihat ada sesosok anak laki-laki di dalam sana sedang bermain bola . Seketika aku merasa aneh . Kok … rasa-rasanya …
Kuhentikan langkahku dan aku terus melirik ke arah rumah itu dan melihat anak laki-laki itu . Kulihat dia dari jauh tersenyum padaku . Senyum yang sangat manis . Tanpa sadar aku pun membalas senyumannya . Dan aku terkejut saat suara ibu yang mengagetkanku bilang kalau bis sudah datang . Aku pun langsung berlari menghampiri ibuku dan tertawa bahagia . Aku sudah tidak sabar ingin pulang ke rumah !
|||||||||||||||||||||||||||||||||||
Yah, itulah sekelumit kisahku yang sangat membuatku terkesan . Dan saat ini, aku ingin menyimpan kenangan itu rapat-rapat dalam hatiku . Aku akan menyimpannya sebagai rahasia . Rahasia yang mungkin sampai nanti tidak akan teringat lagi olehku . Selamat tinggal, kenanganku yang manis …
the end————————————————————–
Comments on: "[bonus] one shot ff – The Lost Memory" (15)
Anjir!! Keren bgt!
anjiiir, keren banget appa ! *applause*
eh jae jae itu nama aslinya eli U-KISS yaa ?
Hahah. Keren y namanya. Jae-jae :p
Gw baca in tgh malem donk, mana horor. Dodol bgt dah-____-
jae jae dek ..
🙂
keren ..
gue ngebacanya subuh subuh tadi * ga nanya *
eh gila nih appa, umur 8 tahun uda kisseu -__-
@onnie : tengkyu xD iyaa, nama asli Eli U-KISS Kim Kyoung Jae ~
@ontet : tengkyu xD haha, gapapalaaah, biar ceritanya nambah romantis . haha xD
@reiny : tengkyu ren xD
nambar romantis pale lu. hahhaa * appa : ape lu kate? berani ye sm aye?? * ihh. appa kecil2 udah ciumaan..ahaha
Lalalalaaaaaaaaaaa *bersiul*
@ontet : biaaaaar xD
@umma : lha kok malah ganyambung toh mbak . haha xD
biar apenye? HUAHAHAHHAHAA biar ktawan lo umur 8 taon da ciuman? * digebukin *
Ci uman adalah temennya ci umin dan ci imun..
@ontet : neeeeeeeee =________=
@umma : haha xD
Annyeong..
Br bacaa..
Aku jg bcnya tengah mlm..
Seremmm bgtz..yakin ntar tdr pasti saya mimpi..hoho..
Iaa..umur 8 taun dah ciumann..bibis sama bibir pula*ngebayangi*
tapi ceritanya keren kokk..
Thanks for comment, Shabrina 🙂
tengkyuu shabrina xD